UIN Abdurrahman Wahid menggelar acara wisuda di Kampus II Rowolaku pada Sabtu (25/6). Meskipun sudah berganti nama menjadi UIN Gus Dur, namun sebanyak 985 wisudawan yang terdiri dari Sarjana dan Magister masih dinyatakan sebagai lulusan IAIN Pekalongan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh Surat Keterangan (SK) kelulusan yang keluar sebelum disahkannya Perpres perubahan status menjadi UIN.
“SK Kelulusan dari rektor keluar tanggal 2 Juni, sementara Perpres alih status terbit pada 8 Juni. Wisudawan kali ini masih berstatus lulusan IAIN Pekalongan.” Ucap Ferimeldi selaku ketua pelaksana wisuda.
Gelaran wisuda dengan tema “Menyongsong UIN K.H Abdurahman Wahid dan dalam Menjaga Toleransi dan Kebhinekaan Indonesia” dilaksanakan secara offline dan ditayangkan secara live di Youtube. Kendala yang dialami dalam pelaksanaan wisuda kali ini terkait kapasitas tempat. Jumlah wisudawan beserta anggota keluarga mencapai 3000 orang. Hal itulah yang menjadi pertimbangan pengalihan tempat wisuda yang semula berada di auditorium Kampus I Panjang.
Dalam gelaran wisuda kali ini terdapat dua predikat yang disematkan kepada mahasiswa. Predikat wisudawan terbaik diberikan kepada M. Miftahuddin dari program studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. M. Miftahudin mendapatkan IPK 3,93 dengan menempuh perkuliahan selama 8 semester.
“Saya nggak nyangka sih bisa jadi wisudawan terbaik, jangankan menyangka bermimpi saja saya tidak berani,” ucapnya.
Predikat kedua yaitu wisudawan tercepat yang diperoleh Yusril Bariki dari prodi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah. Masa perkuliahan yang ditempuh Yusril selama 3 tahun 6 bulan. Menurutnya bisa lulus dengan cepat merupakan suatu hal yang sudah ditargetkan dari awal.
“Startegi saya, saya selalu membuat timeline untuk 1 bulan ke depan, dan saya selalu mengedepankan skripsi di samping kegiatan lainnya,” ucap Yusril.
Menanggapi waktu wisudanya yang berada di masa peralihan menjadi UIN, Yusril masih merasa bersyukur bisa lulus.
“Tidak masalah, sih, yang penting cepet lulus dan wisudanya offline sudah bersyukur,” terangnya.
Tim Liputan: Nadhila, Dewi, dan Suci
Penulis: Nadhila dan Dewi
Editor: Aisa Khumairoh