Senin (6/11) pagi saya berangkat ngampus dengan hati yang sedikit senang dan sedikit bimbang. Kalau kata kids jaman now sih gaje alias gak jelas gitu. Lho bagaimana tidak setengah-setengah, saya senang karena kuliah satu hari itu full dialihkan untuk ikut pelatihan ruqyah di auditorium kampus hijau. Saya diberi tugas liputan tanpa perlu mengorbankan jam kuliah, dapat ilmu yang bermanfaat, dapat snack, sertifikat, teman baru, jodoh bila beruntung, eehhh… becanda, itu cuma ekspektasi dan strategi promosi. Lalu saya bimbang karena ini adalah pelatihan ruqyah.
Sekali lagi, pelatihan ruqyah guys. Ruqyah. Sudah pernah nonton acara “Ruqyah” di Trans7 setiap Hari Sabtu jam (saya lupa)? Penyembuhan dengan media bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan Asma Allah itu lho. Nah, kali ini tim Ruqyah Trans7 bersilaturahim ke kampus rahmatan lil alamin. Ini kali pertama saya akan praktek ruqyah dan di ruqyah. Tidak bimbang bagaimana coba? Ada perasaan takut cemas khawatir yang membaur menjadi satu.
Di awal acara, Faizar selaku pembicara dan praktisi ruqyah membeberkan perihal ruqyah syar’iyah. Artinya, ruqyah yang berdasarkan syariat Islam, bukan praktek perdukunan yang berkedok ruqyah lho yaa. Jin itu apa, bagaimana jin bisa masuk ke dalam tubuh manusia, pengertian ruqyah, kenapa harus ruqyah, juga cara ruqyah mandiri dan meruqyah orang lain. Paket komplit perihal ruqyah dikupas tuntas dalam pelatihan ini.
Animo peserta pun sangat baik. Menurut ketua pelaksana kegiatan, Mbak Khurairoh, lebih dari 350 mahasiswa mendaftar pelatihan ini plus beberapa masyarakat luar yang sengaja datang dari luar kota untuk mengikuti ruqyah. Niat awalnya sih kepengin di ruqyah dan tahu bagaimana cara ruqyah kemudian bisa sembuh dari sakit ataupun gangguan jin. Seperti salah seorang peserta pelatihan yang mengaku mengikuti ruqyah lantaran ingin tahu bagaimana cara ruqyah sehingga dapat terbebas dari gangguan jin. Namun apakah faktanya demikian?
Tidak sedikit peserta yang langsung bereaksi saat praktek ruqyah berlangsung. Baik ruqyah mandiri maupun di ruqyah orang lain. Oke lah tujuan awal mereka hampir tercapai karena dengan bereaksi seperti itu harapannya jin bisa segera keluar dari tubuh yang bersangkutan. Tapi lama kelamaan, saya perhatikan yang nampak membanjiri ruangan ini justru hal lain. (Iya lah, tidak mungkin saya melihat jin keluar dari tubuh peserta kemudian mereka menggerombol di ruangan ruqyah atau lari kesana kemari. It’s hoax.) Saya hanya melihat sampah yang berserakan.
Logikanya sih ya kalau sudah di ruqyah dan jinnya keluar, berarti bisa dong berpikir di jalan yang lurus. Masih ingat hadis “Kebersihan adalah sebagian dari iman” kan? Ini hadis sering sekali ditempel di sekolah dasar atau menengah pertama sebagai peringatan dedek emesh agar menjaga kebersihan. Nah, kalo jin saja mau keluar karena diusahakan agar bisa keluar, kenapa sampah tetap dibiarkan di tempat tanpa usaha memindahkannya ke tempat yang semestinya? Lantas, fungsi ruqyah untuk apa?
Dengan kesadaran minim peserta ruqyah untuk membuang sampah, alhasil panitia memunguti sampah mereka, bahkan sampai kresek bekas reaksi ruqyah yang tidak perlu dijelaskan isinya apa. Mungkin untuk kegiatan ke depan, panitia bisa rajin-rajin memperingatkan peserta untuk membawa keluar sampah mereka. Maklum lah yaa, generasi jaman now masih manja soal sampah. Cara praktisnya sih, sediain aja kantong kresek super jumbo agar mereka tau kalau tempat sampah sudah disediakan. Jadi, mau nyoba ruqyah agar bijak membuang sampah?
Elif Hudayana