lpmalmizan.com – UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan resmi gelar wisuda magister ke-16 dan sarjana ke-44 setelah sempat alami tiga kali penundaan. Acara digelar di halaman Gedung Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) dan Perpustakaan pada Rabu (21/12) dengan diikuti 1007 wisudawan.
Zaenal Mustakim, Rektor UIN Gusdur menyampaikan bahwa alasan penundaan wisuda sebelumnya, disebabkan oleh ortaker yang belum turun, dan pejabat kampus yang belum seluruhnya dilantik.
“Wisuda diundur sebab ortaker belum turun. Kemudian UIN Gusdur baru berusia enam bulan sejak 6 Juni lalu. Hanya rektor yang sudah dilantik, sementara Warek, Dekan dan lainnya belum dilantik menjadi pejabat UIN. Sehingga hal tersebut akan berakibat untuk ijazah mahasiswa yang statusnya sudah beralih menjadi UIN,” terangnya.
Akibat ditundanya wisuda tersebut, timbul reaksi dari kalangan mahasiswa, salah satunya Taufiq Hermansyah dari Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang mengaku merasa kesal atas penundaan yang sebelumnya terjadi.
“Sangat mengesalkan, belum tentu orang izin kerja itu mudah. Apalagi udah izin hari segini nggak jadi, pindah lagi nggak jadi lagi,” ungkapnya.
Berbeda dengan Irma Wulandari dari Tadris Matematika yang merasa diuntungkan dengan penundaan tersebut. Pasalnya, di tanggal-tanggal yang ditetapkan sebelumnya, ia mempunyai kesibukan lain.
“Tapi penundaan wisuda di hari sebelumnya itu ada sisi positifnya. Positifnya, karena kebetulan pada tanggal 26 November belum ada persiapan. Kemudian pada penundaan yang kedua yang mulanya tanggal 7 Desember itu saudara saya masih ujian, jadi tidak bisa datang. Sementara pada penundaan yang terakhir tanggal 17 Desember, saya sudah ada acara. Nah pas hari H atau tanggal 21 Desember, kebetulan tidak ada kegiatan apapun. Tapi dari sisi negatifnya adalah orang tua saya sudah berharap tapi malah ditunda terus,” ujarnya.
Tetapi dengan penundaan tersebut, ijazah yang diterima wisudawan resmi tercatat sebagai ijazah yang pertama kali menyandang status UIN. Sehingga hal ini mendapat reaksi positif dari wisudawan.
Seperti yang disampaikan oleh Ajeng dari Perbankan Syariah yang mengaku bangga mendapatkan ijazah berstatus UIN. “Seneng juga sih kita kan dulunya institut sekarang universitas. Secara tingkatan kan universitas lebih tinggi dari institut,” ujarnya.
Tim Liputan : Lulu, Ika, Amar, Alifah.
Editor : Erna Hidayah