Pengenalan budaya akademik kemahasiswaan (PBAK) Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalogan atau yang kerap disapa dengan UIN Gusdur telah usai dilaksanakan sejak jumat (11/8). Pada pelaksanaan PBAK tersebut, peserta diminta untuk membawa resitasi kelompok berupa semen untuk pembangunan masjid. Resitasi yang berupa semen itu pun diberitahukan secara mendadak, tidak dari awal disampaikan sejak rapat awal persiapan PBAK. Hal tersebut dikonfirmasi oleh Aviq yang merupakan Ketua Senat Mahasiswa Universitas (SEMA-U) “Kalo resitasi sendiri pun ada resitasi dadakan seperti adanya satu kelompok bawa semen. Saya anggap itu dadakan karena tidak ada satu Minggu sebelum pelaksanaan terhadap pembahasan hal itu.”
Namun resitasi semen yang ditangguhkan kepada mahasiswa baru terdapat kriteria yang harus dipenuhi, hal tersebut bertentangan dengan himbauan Wakil Rektor (Warek) 3 bidang Akademik, Kerja Sama, dan Kemahiswaan yang menganjurkan agar resitasi yang dibawa tidak menyusahkan peserta. “Kalo resitasi lain ditekankan oleh pak Warek 3 untuk sehat dan bergizi dari segi makanan dan tidak menyusahkan. Tapi yang disayangkan semennya itu ada kriteria merknya yang menjadikan hal itu bersebrangan dengan keinginan pak Warek 3 (kalau susu ya susu aja ngga usah susu putih atau coklat) tapi ini kita dituntut semen dengan satu merk yang itu dikhususkan untuk membangun masjid.”
Semen sebagai resitasi kelompok pada saat PBAK ini dimaksudkan sebagai bentuk infak. Panitia pembangunan masjid sebenarnya menerima segala bentuk infak yang diberikan oleh masjid. “Untuk proses pembangunan masjid ini kita memang tidak membatasi apapun betuk sumbangan maupun infaq yang diberikan ke masjid. “Infaq kan tidak hanya uang, tetapi bisa berupa apa saja seperti material” ujar Ahmad Djaiz selaku ketua panitia pembangunan masjid di UIN Gusdur. Pihaknya juga mengkonfirmasi terkait kriteria merk semen yang perlu dibawa pada saat PBAK. “Mengapa tidak semen biasa, karena yang kita butuhkan pada saat ini merupakan jenis semen perekat. Kalau semen biasa untuk pembangunan kita juga sudah ada” lanjutnya.
Resitasi semen merupakan hasil dari rapat kordinasi panitia PBAK dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) dengan panitia pembangunan masjid. Dari rapat tersebut Dema menginginkan pembangunan masjid segera terselesaikan “Wujud semen itu kan dari kerja sama Dema sama pihak panitia pembangun masjid, Dema yang disini sebagai eksekutif ataupun lembaga yang bermitra dengan kampus punya keinginan agar masjid ini pembangunannya selesai dan itu wujud dari gerakan nyatanya Dema melalui resitasi ini.” tambah Aviq.
Diluar sebagai bentuk infaq, semen bukan merupakan kebutuhan mahasiswa baru untuk melangsungkan PBAK, akan tetapi mehasiswa baru tidak merasa keberatan atas hal tersebut. “Kita tidak merasa keberatan, karena kan untuk semen ini resitasinya per kelompok jadi setiap anaknya hanya mengeluarkan uang sebesar lima ribu jadi tidak terlalu berat buat kita.” Ujar Lulu mahasiswa baru yang merupakan peserta PBAK.
Penulis : Cici Hanani
Tim Liputan : Dina, Ananda Eka, Fathim, Cici
Editor: Nadilah