Tak selamanya bencana membawa petaka. Agaknya mungkin itulah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan cerita yang akan saya tuliskan dibawah ini. Tepatnya kemarin (28/5) saya bersama salah seorang kawan menelusuri daerah-daerah yang hampir seminggu terendam rob selepas membagikan bantuan logistik. Hingga dengan sadar sepeda motor kami memasuki daerah Bandengan salah satu daerah di Pekalongan Utara yang terkena rob. Pemandangan masih serupa dengan daerah-daerah lainnya yang terendam rob. Rumah-rumah penuh dengan genangan air keruh yang berwarna kehitaman.
Terkadang kami juga melihat beberapa warga sibuk membersihkan teras rumahnya. Ada juga ibu-ibu yang duduk bangku depan masing-masing rumahnya memandangi setiap lalu lalang motor yang melintasi perkampungannya. Namun ada sedikit pemandangan berbeda saat kami melewati sebuah bengkel motor. Tampak seorang laki-laki paruh baya tengah sibuk mereparasi motor yang memenuhi teras rumahnya. Karat-karat kuning meliputi setiap jeruji motor yang teronggok di bengkel tersebut.
Kami pun diliputi rasa penasaran untuk sekedar tahu ada apa dengan motor-motor tersebut. Kami putuskan untuk berhenti dan menyambangi bengkel tersebut. Sutrisno (78) sang pemilik bengkel yang bernama Serasi terlihat ramah saat kami mendatangi bengkelnya. Sutrisno bercerita jika selama daerahnya terendam rob hampir semingguan ini bengkelnya ramai dipenuhi motor yang mengantre untuk diservis. Kerusakan motor-motor tersebut juga variatif.
Akan tetapi kebanyakan motor tersebut mogok tersebab kemasukan air. Adapun bengkel Serasi sendiri memiliki jam operasional mulai pukul 7 pagi hingga 6 sore. Dalam kurun waktu seminggu Sutrisno yang dibantu anaknya telah menerima 50 motor untuk diservis. Lama perbaikan berkisar 1 hingga 2 jam sehingga dalam sehari sutrisno beserta anaknya mampu menyelesaikan lima hingga sepuluh motor.
Untuk biaya servis per-motor biasanya berkisar Rp 30.000 – Rp50.000 sesuai dengan kerusakan motor itu sendiri. “Untuk masa-masa rob kita tidak mematok harga harus bayar segini atau segini. Seikhlasnya saja, Cuma seringnya mereka kasih segitu,” tutur Sutrisno. Masa-masa rob juga membawa berkah bagi Sutrisno. Hari-hari normal saat tidak rob biasanya beliau hanya menerima permintaan servis lima motor dalam sehari.
Ternyata hal yang kami dapat dari perbincangan singkat dengan pemilik bengkel Serasi membawa kami untuk mencari lagi bengkel-bengkel yang berada di sekitar Bandengan. Untuk menilisik apakah hal serupa dialami juga di bengkel lain. Bertemulah kami dengan salah satu bengkel yang berada di Jalan Tentara Pelajar berseberangan dengan daerah Bandengan. Sore hari terlihat Slamet (58) masih melayani pelanggan yang hendak mengambil motornya. Terlihat juga motor dengan jeruji dan gir yang sudah karatan tengah berada di ‘ruang operasi’ menunggu sang montir untuk membenahinya.
Slamet mengaku jika masa-masa rob bengkelnya banyak menerima pelanggan yang mengeluhkan motornya mogok karena kemasukan air. “Ketika masa rob seperti ini sudah terhitung puluhan motor yang minta diperbaiki. Dalam sehari sendiri saya buka bengkel jamnya tidak pasti, kalau lagi mood bisa sampai malam bukanya,” ujar Slamet. Adapun besaran biaya perbaikan relatif, sesuai dengan jenis kerusakan motor. Akan tetapi biasanya Slamet memberikan biaya perbaikan mulai dari Rp 35.000 per motor.
“Alhamdulillah omset juga ikut naik sekitar 10% hingga 20% dari hari-hari biasanya kalo tidak rob,” tambah Slamet. Bengkel yang dikelola Slamet selama 19 tahun sudah terbiasa menerima pelanggan-pelanggan yang motornya terkena dampak rob. Dengan kondisi motor yang beraneka macam keluhannya, Slamet biasanya mampu memperbaiki satu motor sekitar 3 jam. Mungkin masih banyak lagi bengkel-bengkel di sekitar Pekalongan utara yang menganggap rob juga sebagai berkah dibalik sebuah musibah. (oz/fa)