Judul buku : #Pernah Tenggelam
Penulis : Fuadh Naim
Penerbit : Alfatih Press
Tebal Halaman: 225 Halaman
Tahun Terbit : 2019
K-Drama, Oppa, Hallyu, Fandom, itu semua gua!!. Kalimat itu jadi pembuka dan jadi khas dari seorang Fuadh Naim. Gelombang Korea atau Korean wave menjadi gelombang besar yang menghantam seluruh dunia. Korea Korea Korea jadi pembahasan hangat para remaja sampai orang tua, semua terjebak dalam gelombang Oppa dan halluy. Tapi hallyu bukan sebuah kebetulan, halluy lahir dari sebuah perjalanan panjang. Hal itu dimulai pada tahun 1945 di tahun yang sama saat Indonesia merdeka dari jajahan Jepang. Korea menjadi negara jajahan Jepang dan merdeka pada tahun 1945, mereka mengalami perang saudara hingga 1953 dan terpecah menjadi dua bagian yakni Korea Utara dan Korea Selatan.
Korea Selatan mencanangkan program Five-Year Economic and Social Development dari tahun 1962-1966 di mana semua masyarakat Korea berdikari menggunakan produk dan karyanya sendiri. Program ini membuat Korea Selatan terus memajukan produk dalam negeri dan menghalau budaya-budaya luar, di mana salah satu produknya yaitu halluy. Pada tahun 1999 Korea berhasil memproduksi film Shiri yang menjadi film pertama Korea Selatan dengan budget besar ala blockbuster Hollywood. Bahkan film ini berhasil mengalahkan popularitas film Titanic di Korea Selatan, dan menjadi cikal bakal perkembangan halluy dari Korea Selatan. Dari alur panjang ini penulis mulai menjelaskan bahwa dia juga terbawa gelombang tersebut (Korea Wave).
Buku ini berisi 6 bab dengan pembahasan yang dikemas dengan penuh ilustrasi. Penulis menggambarkan masa lalunya saat mengenal hingga tergila-gila dengan semua yang berbau Korea yang disebutnya bermain ombak Korean wave. Penulis melakukan semua budaya negeri gingseng tersebut, mulai dari membeli semua produk-produk Korea, belajar bahasa Korea, hingga bisa menghafal lagu kebangsaan Korea. Penulis juga mencantumkan daftar drama yang pernah ditontonnya selama tuju tahun terakhir dengan jumlah yang tidak sedikit.
Kondisi yang digambarkan penulis sering kita jumpai di masyarakat bahkan diri kita pun juga mengalami. Mulai dari menonton K-Drama yang penuh teka-teki, menguras emosi, mengharu biru dan rasa yang lainnya membuat kita juga tenggelam dalam Korea wave. Lalu kenapa Korea wave ini jadi pembahasan dan juga permasalahan dalam buku ini? Jawabannya yaitu; Korea Wave bukan kita, dan ada hal-hal terselubung dalam Korea Wave. Banyak hal-hal yang dipaparkan dalam buku ini bahwa Korea wave memberikan banyak tontonan, presepsi dan juga stimulus yang tidak sesuai dengan kita dan juga agama kita.
Lalu bagaimana sikap kita terhadap hal tersebut? Kebanyakan dari kita hanya memaklumi dan menganggap hal tersebut biasa terjadi karna memang mejadi budaya di Korea. Tetapi dengan terus memaklumi kita juga dibuat tidak sadar bahwa pikiran kita sedang dikontruksi dan akan terus memaklumi hal tersebut bahkan jika langsung berkaitan dengan diri sendiri. Lalu apa yang harus kita lakukan? Jawaban yang dijelaskan adalah dengan meninggalkan. Meninggalkan semua kebiasaan kita yang berkaitan dengan maksiat dan menggantinya dengan kebiasaan baik dan juga bermanfaat.
Pembahasan dalam buku ini sangatlah menarik dan juga membantu para remaja yang sangat menyukai semua hal tentang Korea tetapi mulai merasakan keresahan. Kisah yang disajikan oleh penulis sangat erat kaitannya dengan kondisi pada hallyuers diluar sana. Visual dalam buku ini juga disajikan cukup menarik dengan berbagai ilustrasi, perpaduan kepenulisan dengan hangeul (aksara Korea) dan juga dengan pemilihan warna di setiap halamannya. Pembahasannya yang urut dan jelas juga membuat pembaca menikmati setiap pembahasan yang disuguhkan. Penulis juga pandai memainkan diksi yang menjadikan pembaca tidak merasa didakwahi untuk meninggalkan hallyu.
Tetapi tidak semua tulisan yang disuguhkan sempurna, sama halnya dengan buku ini. Penulis hanya memaparkan kebudayaan yang negatif dari Korea tanpa memaparkan dampak positifnya. Hal ini kadang dianggap tabu dan juga aneh bagi sebagian orang, apalagi mereka yang mempunyai dalil bahwa karna hallyu mereka menjadi tambah semangat belajar dan lain sebagainya. Tetapi terlepas dari semua itu, kita sebagai manusia yang beragama harus memiliki pendirian, haru mengerti mana yang baik dan buruk dan dapat memilahnya dengan baik dan benar.
Penulis : Salsabila Septi
Editor : Siti Nureliza