Judul Buku : Pesan Cinta Mbah Moen
Penyusun : Tim Rene Islam (K.H. Anis Maftuhin dkk)
Penerbit : Rene Islam
ISBN : 978-602-1201-73-2
Halaman : 242 halaman
Cetakan : 4 Maret 2021
Siapa yang tidak mengenal K.H. Maimoen Zubair. Hampir seluruh masyarakat ditanah air baik di daerah barat dan timur semuanya kenal dengan seorang intelektual yang multitalenta itu. Seorang kiai, pengasuh pesantren, pengayom masyarakat, dan berbagai keahlian lainnya.
Pada tahun 2019 silam, Seluruh masyarakat di Tanah Air berduka karena kepergian orang yang satu ini. Tentunya sosok ini telah menorehkan jasa yang sangat banyak terhadap Indonesia. Siapa lagi kalau bukan K.H. Maimoen Zubair atau yang akrab disapa dengan panggilan Mbah Moen. Beliau wafat di Mekkah pada tanggal 6 Agustus 2019. Semasa hidupnya Mbah Moen dikenal sebagai orang yang zuhud, sabar, penyayang, santun, tegas, banyak bersyukur, rendah hati, bijaksana, dan sebagainya. Banyak akhlak terpuji yang bisa diteladani dari beliau. Sejak kepergian ulama karismatik ini, semua merasa kehilangan yang amat mendalam. Dengan kealiman beliau yang menjadi panutan kita semua, baik dalam hal ilmu, akhlak, dan sebagai penggerak (muharrik) kebangsaan.
Beliau lahir di Rembang, Jawa Tengah pada tanggal 28 Oktober 1928. Buah hati dari pasangan Kiai Zubair Dahlan dan Nyai Mahmudah. Kyai Zubair Dahlan merupakan pengasuh pesantren Sarang yang telah banyak melahirkan kiai hebat. Seperti, Kiai Sahal Mahfudz dan Kiai Bisri Samsuri. Sementara Nyai Mahmudah, merupakan putri dari Kiai Ahmad bin Syuaib yang termasuk masyayikh di salah satu Pesantren Sarang. Beliau adalah ulama karismatik yang giat dan konsisten dalam menyebarkan agama Islam. Mbah Moen dididik langsung oleh ayahnya sedari kecil. Ia mempelajari ilmu-ilmu agama dengan baik. Bahkan, saat remaja, Maimun sudah hafal berbagai kitab seperti al-Jurumiyyah, Imrithi, Alfiyyah Ibnu Malik, Matan Jauharah at-Tauhid, Sullam al-Munauroq, dan masih banyak lagi. Bahkan di lain kesempatan beliau telah membedah kitab fiqih bermadzhab SyafiI seperti Fathu al-Qarib, Fathul Wahhab, Fathul Muin, dan sebagainya. Hal itu beliau lakukan dengan penuh semangat dari dalam jiwanya (hlm. 232).
Mengenang Mbah Moen adalah mengenang hari-hari indah penuh hikmah. Beliaulah sosok ulama yang kamil (sempurna), baik secara ilmu pengetahuan, spiritualitas, maupun pengalaman (hlm.8). Nah, hadirnya buku ini sebagai langkah awal kita untuk mengingat pada sosok alim penuh karisma itu. Seorang ayah bagi jutaan umat manusia, bukan hanya umat Islam Indonesia, tetapi juga masyarakat dunia. Seorang kiai, guru, yang dengan penuh rasa sabar mengajari, menjadi teladan, serta mengayomi melalui tutur dan tindakan yang lembut penuh kasih sayang. Melalui buku inilah kita akan merasakan tutur kata Mbah Moen yang mengandung nasihat bijak. Maka, sayang sekali jika nasihat dari beliau yang penuh hikmah itu hilang begitu saja, tidak terdokumentasikan dan tidak dibaca oleh generasi muda Indonesia. Memang beliau sudah tiada dan tidak bersama dengan kita, namun kata-kata nasihatnya akan abadi di setiap sanubari seluruh manusia.
Saat Indonesia tidak menemukan orang yang dapat mengayomi negeri ini, Mbah Moen muncul di tengah-tengah kita sebagai ulama dan pengayom umat. Ulama besar itu dapat dilihat dari seberapa besar perannya di tengah masyarakat. Mbah Moen telah membuktikan bahwa dirinya telah berjasa besar kepada masyarakat. Hal ini terbukti karena Mbah Moen telah menjalani tiga peran sekaligus dalam kiprahnya sebagai ulama. Mulai dari mendidik masyarakat kecil di pelosok-pelosok kampung, sebagai penengah di tengah kegaduhan masyarakat atas, serta menjadi panutan bagi dunia sebagai sosok yang konsisten membangun citra Islam yang sejuk nan damai bagi semesta. Maka sepantasnya kita bersyukur kepada Allah karena telah mengaruniakan teladan seperti beliau yang tiada lelah menebar cinta dan kasih sayang. Cakupannya meluas tanpa batas, memberikan buah manis pada segenap penduduk bumi, dan menebar kedamaian di seantero negeri.
Meskipun petuah dalam buku ini singkat, tapi mengandung makna yang luas. Dawuh beliau selalu mengandung hikmah dan bisa menembus ke dalam sanubari siapapun yang mendengarnya, baik secara langsung atau melalui media. Maka besarlah manfaat dari terbitnya buku yang bertajuk Pesan Cinta Mbah Moen ini. Buku yang menghimpun kalimat-kalimat hikmah Mbah Moen; mulai perihal cara memperoleh kebahagiaan hidup, mencari ilmu, hidup berbangsa, hingga spiritualitas Islam. Dalam buku ini juga terdapat ajaran Mbah Moen dan kisah-kisah inspiratif tentang beliau. Tak ketinggalan juga beberapa pandangan dan pengakuan tokoh-tokoh soal Mbah Moen. Salah satunya pengakuan Prof. Quraish Shihab yang mengatakan seperti ini “Kita semua merasa kehilangan. Kita bukan hanya kehilangan sosok, tapi kita kehilangan ilmu karena Mbah Moen seorang alim, seorang yang berakhlak sangat luhur (hlm. 203).” Pada bagian paling akhir dari buku ini terdapat profil singkat Mbah Moen, sehingga pembaca nantinya bisa tahu siapa sebenarnya Mbah Moen, riwayat pendidikannya, keluarganya, dan kiprah beliau di ranah politik.
Semua yang terekam dalam buku ini adalah sebagian kecil dari ajaran-ajaran beliau. Masih banyak petuah dan pesan-pesan beliau dalsm berbagai kesempatan yang belum terekam. Meskipun demikian, kehadiran buku ini perlu diapresiasi dan diharapkan buku ini bisa menjadi salah satu dokumentasi sejarah yang bisa diwariskan ke seluruh umat Islam dan bangsa Indonesia tercinta. Betapa kita harus bersyukur karena beliau telah meninggalkan pesan-pesan yang mengandung ajaran moral, mahabbah, kasih sayang, pesan-pesan kebangsaan dan lain sebagainya.
Ada beberapa kelebihan yang sengaja dihadirkan buku ini, diantaranya : Pertama, buku ini berisi 128 hikmah yang keluar dari sosok yang sangat alim sehingga semua orang bisa merasakan dan memetik buah manfaatnya secara langsung. Nasihat yang mengandung hikmah sangatlah penting bagi kehidupan manusia sebagai siraman rohani bagi hatinya, sehingga nantinya akan menjadi pribadi yang baik. Kedua, buku ini telah diverifikasi oleh keluarga atau ahli waris. Artinya buku ini telah dicek oleh keluarga Mbah Moen dan sudah layak untuk dipublikasikan agar orang-orang bisa mengetahui Mbah Moen dan nasihat bijaknya. Ketiga, mengedepankan manfaat dan keterbacaan isi buku. Keempat, dilengkapi dengan ilustrasi dan gambar-gambar yang sesuai dengan isi hikmah yang ada dalam buku. Kelima, buku ini menggunakan kertas berwarna sehingga para pembaca tidak akan bosan dan jenuh dan bahkan ingin berlama-lama untuk membaca buku ini.
Buku ini sangat cocok untuk dibaca oleh setiap kalangan dan lapisan masyarakat, baik remaja, orang dewasa, hingga lansia pun sangat bagus apabila membaca buku ini. Mengingat buku ini merupakan upaya untuk mengenalkan sekaligus mengabadikan hikmah-hikmah Mbah Moen agar nantinya generasi mendatang serta anak cucu kita bisa mengambil secercah petuah bijak dengan cara membaca buku ini, dengan tujuan mempersiapkan bekal untuk kehidupan yang abadi dan menyelamatkan dari dunia yang fana ini.
Akhir kata, sebagai penutup dari resensi ini, saya ingin mengutip salah satu pesan bijak Mbah Moen yang ada dalam buku ini yang menurut saya bisa direnungkan dalam-dalam dan dijadikan langkah awal untuk introspeksi diri :
“Orang yang melihat kemuliaan Allah, maka akan menghasilkan akhlak berupa memuliakan sesama makhluk.”
“Syukuri apa yang kamu miliki. Jangan iri dengan yang orang lain miliki. Maka, Allah swt. Akan memberi apa yang belum kamu miliki.”
Penulis : M. Rizal | Mahasiswa Institut Ilmu Keislaman Annuqayah Guluk-Guluk, Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Editor : Daniel Alif