Fakultas Syariah ajak mahasiswa Hukum Keluarga Islam (HKI) untuk mengikuti kegiatan rukyatul hilal pada Rabu sore (22/3). Kegiatan tersebut digelar di Gedung G Pascasarjana UIN K.H. Abdurrahman Wahid yang berlokasi di Panjang.
Rukyatul hilal ini diikuti oleh mahasiswa progam studi HKI semester empat yang mengambil mata kuliah Ilmu Falak Lanjutan. Kegiatan tersebut diadakan dengan tujuan memberikan pengalaman dan edukasi kepada mahasiswa HKI, serta memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk mempraktikan materi secara langsung. “Karena terkadang kita mendapatkan ilmu dari sebuah pengalaman. Jadi, praktik di lapangan itu penting supaya kita bisa melihat masalah yang ada di lapangannya.” Ucap Farid Azmi selaku dosen Ilmu Falak Lanjutan.
Kegiatan tersebut masih diadakan di Kampus Panjang dan belum bisa dilaksanakan di Kampus Kajen, dikarenakan faktor tempat yang dirasa kurang nyaman. Rooftop yang berada di Fakultas Syariah untuk saat ini masih belum bisa dipakai untuk menggelar praktikum rikyatul hilal karena kondisinya yang sering basah ketika hujan. Keberadaan bukit yang berada di ufuk barat juga membuat proses rukyatul hilal terasa kurang maksimal.
“Kalau di atas Fakultas Syariah itu sebenarnya sudah bisa dipakai. Cuma dari segi kenyamanannya belum layak untuk digunakan sebagai tempat praktikum. Pandangan untuk melihat hilalnya juga menjadi terhalang karena ada bukit-bukit. Jadi, untuk praktiknya masih enakan di kampus Panjang.” Tutur ‘Alamul Yaqin, dosen Ilmu Falak Lanjutan.
Jaza Al-aufa, salah satu mahasiswa HKI mengatakan bahwa kegiatan ini menjadi pengalaman pertamanya. Dia juga menjelaskan bahwa dirinya menjadi mengerti mengenai proses penentuan awal bulan Ramadan. “Saya pribadi lumayan memahami terkait proses rukyatul hilal ini. Mulai dari persiapan alat sampai cara melihat hilalnya.”
Penetuan awal bulan Ramadan dilakukan dengan cara melihat hilal di ufuk barat dan dimulai ketika matahari terbenam. Berdasarkan pengamatan pada hari Rabu, matahari terbenam pada pukul 17.51 WIB, hilal sudah mulai tampak di ufuk dan bisa dilihat menggunakan alat yang disebut Theodolit. Lama hilal muncul di atas ufuk selama 34 menit 7 detik dan hilal terbenam pukul 18.25. WIB.
Namun rukyatul hilal yang diadakan di Kampus Panjang tidak berhasil terlihat karena terdapat awan yang menghalangi pandangan menuju hilal. “Agak kecewa sebenarnya, soalnya hilalnya tidak kelihatan.” Tutur Monica, mahasiswa program studi HKI.
‘Alamul Yaqin menambahkan, bahwa dalam proses penentuan awal bulan Ramadan dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama menggunakan metode hisab untuk menghitung dan memprediksi awal bulan Ramadan, kemudian prediksi tersebut dibuktikan dengan cara melakukan penglihatan hilal atau biasa disebut rukyatul hilal.
“Yang biasa menjadi masalah di dalam masyarakat awam adalah hisab dan rukyah itu adalah dua cara yang berbeda. Sebenarnya itu sama, kedua cara tersebut merupakan satu kesatuan. Rukyah tidak bisa dilakukan jika kita tidak melakukan hisab atau prediksi terlebih dahulu,” ucapnya.
Tim Liputan: Dewi Luthfiyani
Penulis: M. Arjun Naja
Editor: Faiza Nadilah