Minggu (20/12) Komisi Pengawasan Perwakilan Mahasiswa (KP2M) menggelar Pemilihan Perwakilan Mahasiswa (Pemilwa) dengan sistem E-Voting melalui sivot.iainpekalongan.ac.id. Sistem E-Voting atau sistem online dilaksanakan pertama kali pada tahun 2020 ini. Berdasarkan keterangan dari Safrudin, Ketua KP2M menuturkan Pemilwa dengan sistem E-Voting merupakan arahan dari Wakil Rektor III. Terdapat 5 partai yang mengikuti pemilihan Senat Mahasiswa Institut (SEMA-I) dan Senat Mahasiswa Fakultas (SEMA-F). Partai yang ikut serta dalam Pemilwa diantaranya Partai Demokrasi Milenial Islam (PDMI), Partai Gerakan Prakarsa Perubahan (GAPAPA), Partai Forum Demokrasi Mahasiswa (FORDEM), Partai Persatuan Mahasiswa Bintang Sembilan (PPMBS) dan Partai Aliansi Mahasiswa Independen (AMIN).
Salah satu alasan KP2M menggunakan sistem ini adalah untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 dan masih berlangsungnya pembelajaran online. Menurut Safrudin, banyak mahasiswa yang tidak bisa memilih jika pemilwa tetap dilaksanakan secara offline. Safrudin menjelaskan bahwa sistem e-voting ini aman, karena pihaknya bekerjasama dengan Team IT kampus. “Sistemnya itu melalui login Sistem Akademik Terpadu (Sikadu), yang mana mahasiswa nantinya menggunakan nama dan NIM mereka. Sehingga tidak ada kecurangan, karena akan terlihat mahasiswa aktif atau bukan.”
Sistem e-voting juga dirasa lebih cepat jika dibandingkan dengan pemilihan sistem offline yang persiapanya memakan waktu 2 bulan. Hal ini dibenarkan oleh Moh. Muslih selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama. “Pemilwa tahun ini lebih murah, tidak banyak pertemuan, hemat, cepat, akuntabel dan praktis. Penghitungan bisa dilakukan dalam 1 jam dan bisa langsung diketahui siapa yang menang. Tidak seperti Pemilwa tahun-tahun sebelumnya yang bisa memakan waktu lebih lama,” tuturnya.
Sebelum hari pelaksaan pemilihan, KP2M memberikan tutorial pemvotingan melalui akun Instagram resmi mereka. Safrudin selaku ketua KP2M menjelaskan, “Kita sudah mengadakan simulasi pemilihan sebanyak 2 kali.” Dari 500 target peserta yang mengikuti simulasi, hanya 300 peserta yang mengikuti.
Namun, selain keunggulan di atas nyatanya saat pelaksanaan pemilihan berbagai kendala dialami oleh mahasiswi yang hendak memilih kandidat. Terbukti dari beberapa kendala yang dialami oleh pemilih, seperti Indah, mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam mengaku bingung dengan sistem e-voting. “Saya bingung dan tidak yakin apakah saya melakukannya dengan benar atau tidak.” Kendala lain juga dialami oleh Naila, mahasiswi Pendidikan Guru Madrasah Islam (PGMI) ini mengaku tidak bisa melakukan e-voting melalui ponselnya. “Saya tidak bisa melakukan pemilihan dengan handphone saya, namun ketika saya menggunakan handphone yang lain bisa. Hanya handphone tertentu yang bisa login,” ujarnya
Seperti yang telah diperkirakan, perhitungan suara dan pembagian kursi berlangsung lebih cepat dari pada tahun-tahun sebelumnya. Meski waktu mulai perhitungan suara tidak sesuai dengan waktu yang disepakati—molor selama hampir dua jam,—perhitungan tetap dilaksanakan dengan jumlah total suara masuk untuk SEMA I sebanyak 2.608 suara. Sedangkan untuk SEMA F sendiri berjumlah total 2.374 suara yang masuk. Jumlah ini ternyata lebih banyak dari ekspektasi KP2M. “KP2M memperkirakan hanya seribu pemilih yang akan berpartisipasi. Ternyata malah melebihi ekspektasi kami.” Ungkap Safrudin. Ia juga berharap bahwa dengan adanya pandemi seperti saat ini, bukan menjadi penghalang untuk tetap melaksanakan pesta demokrasi demi terwujudnya pemimpin yang berkualitas.
**
Reporter : Ken, Rofita, Ita, Adnan, Nizar, Salsabila, Farizakiya.