Pasar Batang, sebuah pusat perdagangan yang berlokasi di jantung Kota Batang, Jawa Tengah, adalah sebuah tempat yang memikat dan kaya akan sejarah. Pasar ini adalah tempat di mana tradisi bertemu dengan zaman modern, menciptakan lanskap yang menarik bagi penduduk setempat dan pengunjung dari berbagai penjuru.
Pasar Batang adalah jendela kekayaan budaya dan keberagaman Jawa Tengah. Pasar Batang bukan sekadar tempat berbelanja, itu adalah jantung sosial di komunitas. Di antara ramainya aktivitas perdagangan, Anda akan menemukan masyarakat yang berkumpul, berbagi cerita, dan membangun hubungan. Di sinilah Anda dapat merasakan kehangatan dan keramahan masyarakat Batang yang membuat Anda merasa seperti di rumah. Pasar Batang, sebuah pusat perdagangan utama di wilayah Jawa Tengah, Indonesia, telah mengalami perubahan signifikan seiring berjalannya waktu. Pasar tradisional ini, yang terletak di pusat kota Batang, telah menjadi daya tarik utama bagi penduduk setempat dan wisatawan. Namun, perubahan dalam struktur pasar, kemunculan teknologi e-commerce, dan masalah keamanan telah memengaruhi keadaan dan interaksi masyarakat di pasar ini.
Setelah melalui renovasi yang mencakup penambahan lantai kedua, Pasar Batang telah mengalami perubahan signifikan. Renovasi ini meningkatkan aspek estetika dan kebersihan pasar, namun dampak negatifnya adalah bagi pembeli lanjut usia yang kesulitan menaiki tangga. Hal ini telah membuat mereka merasa kurang nyaman saat berbelanja di pasar ini. Pasar Batang juga terpengaruh oleh kemunculan toko online dan e-commerce. Semakin banyak orang beralih ke belanja online karena kemudahan dan kenyamanannya. Hal ini telah menyebabkan penurunan kunjungan ke pasar fisik, yang pada gilirannya memengaruhi pendapatan pedagang di pasar tradisional ini.
Menurut Ibu Julaikha, seorang penjual sembako yang telah lama berjualan di Pasar Batang sebelum renovasi, pasar ini telah mengalami perubahan signifikan. Penambahan lantai kedua setelah renovasi membuat pembeli kalangan tua kesulitan menaiki tangga, sehingga mereka merasa kesulitan untuk berbelanja. Selain itu, pasar tradisional seperti Pasar Batang menjadi kurang diminati karena pesatnya perkembangan pasar online, yang memungkinkan pembeli untuk membeli barang dengan lebih mudah tanpa harus pergi ke pasar fisik. Di Pasar Batang, mereka menerapkan teknik scan barcode untuk menetapkan tarif kebersihan dan ketertiban di setiap kios, dan pedagang seperti Ibu Julaikha dikenakan tarif sebesar 750.000. Teknologi ini menunjukkan kemajuan dalam pengelolaan pasar, dengan petugas yang rutin melakukan pemindaian barcode di setiap kios setiap harinya untuk menjaga ketertiban dan kebersihan pasar.
Namun, pasar ini masih menjadi tempat berkumpul masyarakat, tempat di mana orang berbagi pengalaman dan interaksi sosial. Masyarakat setempat tetap menjadikan Pasar Batang sebagai pusat kegiatan sosial mereka. Meskipun banyak yang beralih ke belanja online, ada daya tarik tersendiri dalam berbelanja secara langsung di pasar ini. Pedagang yang akrab dengan pelanggan mereka dapat memberikan layanan yang lebih personal dan memungkinkan interaksi yang lebih erat antara penjual dan pembeli.
Di sisi lain, pasar ini juga memiliki masalah keamanan yang perlu ditangani. Terdapat laporan tentang tindakan kriminal seperti pencurian yang sering terjadi, terutama di toko-toko yang dianggap rentan. Namun, upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini dengan melaporkan tindakan kriminal ke pihak berwenang.
Ibu Muji, seorang penjual sembako yang telah berjualan sejak tahun 1988 di Pasar Batang, memiliki pengalaman yang menarik tentang perubahan pasar selama bertahun-tahun. Meskipun ia berhasil menghasilkan keuntungan sekitar 13 juta hingga 15 juta rupiah dalam situasi pasar yang sepi dan ramai, beliau merasa bahwa keadaan pasar saat ini hampir sama dengan yang diungkapkan oleh informan sebelumnya, yaitu sepi. Namun, apa yang membuat kisah Ibu Muji semakin menarik adalah bahwa beliau menjadi korban tindakan kriminal di tokonya. Seorang satpam dari Pasar Batang, yang ternyata telah lama melakukan tindakan tersebut, merampas barang-barang dari toko mereka, termasuk rokok. Ibu Muji mengungkapkan bahwa toko Bapak Tarmuji, suaminya, telah menjadi sasaran rampasan hampir lima kali sebelumnya.
Kejadian ini mencapai puncaknya pada tanggal 2 September 2023, ketika aksi ke-5 berhasil digagalkan oleh Bapak Tarmuji. Pada malam hari setelah maghrib, ketika Bapak Tarmuji sedang tidur di tokonya, beliau secara berani menghadapi maling tersebut. Dengan cara yang berani dan cepat, Bapak Tarmuji berhasil menggagalkan upaya maling dengan menjatuhkan sebuah benda besi pada malam tersebut. Tidak hanya berhenti pada penghadapannya terhadap maling, Bapak Tarmuji juga bertindak bijaksana dengan melaporkan tindakan kriminal tersebut ke pihak kepolisian. Tindakan ini mencerminkan kesungguhan pedagang di Pasar Batang dalam menjaga keamanan toko mereka, meskipun mereka menghadapi tantangan seperti tindakan kriminal yang telah terjadi sebelumnya.
Kisah Ibu Muji dan suaminya Bapak Tarmuji menunjukkan bahwa meskipun pasar mungkin mengalami perubahan dan tantangan, para pedagang di Pasar Batang tetap bertekad untuk menjalankan usaha mereka dengan tekun dan melindungi toko mereka dari tindakan kriminal. Keberanian mereka dalam menghadapi masalah ini adalah cerminan dari semangat yang kuat di antara komunitas pedagang di pasar tradisional ini.
Pasar Batang juga telah mengadopsi teknologi dengan memanfaatkan teknik scan barcode untuk menetapkan tarif kebersihan dan ketertiban kepada para pedagang. Ini merupakan langkah maju dalam pengelolaan pasar yang dapat meningkatkan kebersihan dan ketertiban di lingkungan pasar. Meskipun pasar tradisional seperti Pasar Batang menghadapi tantangan besar dalam menjaga daya tariknya di era modern ini, keberadaannya sebagai pusat aktivitas sosial yang penting bagi masyarakat setempat tetap relevan. Perubahan dan tantangan ini memicu upaya untuk memadukan tradisi dengan teknologi, menciptakan lingkungan yang aman, dan menjaga hubungan antara pedagang dan pembeli. Dengan cara ini, Pasar Batang terus menjadi tempat penting bagi masyarakat setempat, baik sebagai pusat perdagangan maupun pusat interaksi sosial.
Penulis : Muhammad Khasanul Huda
Editor : Alifah Marwah