Yogyakarta – Mahasiswa pekalongan yang tergabung dalam perhimpunan mahasiswa daerah bernama MAHAKARYA (Mahasiswa Pekalongan Raya Yogyakarta), kemarin sore (10/11/2017) memperingati hari pahlawan 10 November 2017 dengan menggelar acara do’a bersama dan sinau bareng dengan tema “Meneladani Pahlawan Pekalongan bagi Kids Zaman Now”. Acara yang diselenggarakan di Kedai Kopi “Gandroeng” diikuti oleh beberapa mahasiswa Pekalongan dari berbagai universitas di Yogyakarta.
Acara diawali dengan do’a bersama yang dipimpin oleh Danang Nurhidayatullah sekaligus memberikan sambutan sebagai ketua MAHAKARYA. Danang menyampaikan bahwa sudah menjadi rutinitas MAHAKARYA mengadakan do’a bersama dan diskusi dalam menyambut hari pahlawan, “Kita selalu memperingati hari pahlawan dengan diawali do’a bersama, untuk mengenang jasa dan wujud terima kasih kita atas perjuangan para pahlawan,” ucap Danang.
Acara dilanjutkan dengan diskusi tentang bagaimana meneladani pahlawan bagi kids zaman now. M Luthfi Imama,S.Pd. didaulat sebagai pemantik pada diskusi kali ini, Luthfi mengawali acara diskusi dengan pembacaan sejarah tentang Jendral Hoegeng Imam Santoso, salah satu tokoh nasional asal Pekalongan. “Di Kota Pekalongan nama Pak Hoegeng dijadikan identitas kota dengan menjadikan nama Hoegeng sebagai nama stadion, akan tetapi apakah kita “kids zaman now” mengenal beliau dan mau meneladani sikap kepahlawanannya? Inilah kenapa kita dipertemukan di sini tak lain untuk belajar bersama bagaimana meneladani pahlawan bagi kids zaman now,” tutur Luthfi mengawali diskusi.
Sebelum lebih jauh mengkaji dan mengenang Hoegeng, diskusi sedikit diarahkan pada telaah mendasar tentang terminologi “kids zaman now” untuk meletakkan dasar perspektif peserta diskusi. Dari landasan tersebut, diskusi kemudian sedikit meluas, membahas popularitas kata ‘kids zaman now’ itu sendiri. Dari berbagai pandangan peserta diskusi, kemudian diperoleh beberapa poin penting terkait terminologi kids zaman now yang bersifat historis atau dekade pengelompokkan generasi tersebut, sampai pada kecendrungan karakter dan sikap dari generasi yang masuk dalam istilah ‘kids zaman now’.
Rozi, salah satu peserta diskusi mengungkapkan bahwa kids zaman now adalah sindiran untuk generasi yang sekarang ini dimanjakan dengan gadget. “Genarasi yang dimanjakan dengan ‘gadget’ di era digitalisasi sekarang ini,merupakan sindiran nyinyir dari generasi zaman semono (generasi sebelum era millenial) untuk generasi zaman now (red-zaman millennial). Sindiran inilah yang sebenarnya memunculkan pertanyaan mendasar, apakah kids zaman now masih mau mempelajari sejarah pahlawan zaman semono, yang nantinya dapat di formulasikan di zaman now?” tutur Rozi.
Sikap beliau yang jujur dan berpegang teguh pada pendirian tersebut menjadikan nama Jenderal Hoegeng disandingkan dengan patung polisi dan polisi tidur oleh Gus Dur yang tak pernah berbohong.
Iqbalqis menanggapi bahwa generasi zaman now akan susah meneladani sejarah para pahlawan. “Media dan referensi yang begitu banyak, serta rentan waktu yang tidak begitu lama, memudahkan kids zaman now untuk mempelajari sejarah pahlawan, tetapi untuk meneladaninya mungkin akan begitu sulit, karena perubahan perilaku kids zaman now yang terjadi saat ini,” jelas Iqbalqis.
Setidaknya, mewakilkan pada dua kutub pendapat di atas, kemudian dapat dilihat tentang korelasi antara kids jaman now dan kesadaran sejarah. Bagaimana kemudian kesadaran ini muncul dalam empirik kehidupan generasi ‘kids zaman now’. Dari dua kutub pendapat tersebut pula kemudian, sejarah dan rentang waktu, tidak lagi menjadi penghalang ataupun alasan untuk generasi kekinian melihat sejarah. Sebab tentu, dalam konteks tersebut, sejarah tidak lagi dipahami sebatas sebagai peristiwa masa lalu. Namun lebih dari pada itu, sejarah merupakan pengalaman, budaya, dari setiap manusia yang terlibat dalam peristiwa yang dibuatnya sendiri.
Hal inilah kiranya yang kemudian menjadi ‘frame’atau perspektif dalam mengkaji ulang para tokoh pahlawan. Dari frame ini kemudian kajian sejarah tokoh pahlawan tidak lagi dalam arti penyempitan makna, sebagai masa lalu yang hanya menjadi bahan wacana. Akan tetapi kajian sejarah tokoh pahlawan secara makna luas yang dapat diformulasikan untuk ke dalam perilaku sekarang.
Sosok Hoegeng sebagai kajian sejarah tokoh pahlawan dalam diskusi ini yang kemudian diformulasikan untuk meneladani pahlawan bagi generasi yang di sebut ‘kids zaman now’. Sebagai mantan Kapolri pada masa Presiden Soeharto, nama Jenderal Hoegeng mulai dikenal masyarakat Indonesia sebagai polisi yang jujur dan memiliki pendirian yang teguh. Sosok Jenderal Hoengeng diangkat menjadi pahlawan nasional karena sikap kepahlawanannya yang menentang ketidakadilan dan kejahatan yang terjadi. Selanjutnya, sikap beliau yang jujur dan berpegang teguh pada pendirian tersebut menjadikan nama Jenderal Hoegeng disandingkan dengan patung polisi dan polisi tidur oleh Gus Dur yang tak pernah berbohong.
Euforia pengangkatan Jenderal Hoegeng sebagai pahlawan nasional juga disambut hangat oleh masyarakat Pekalongan, yang kemudian nama Hoegeng dijadikan sebagai identitas diri dan nama stadion di Kota Pekalongan. Sikap inilah yang menjadi fokus diskusi sejarah tokoh dari perspektif sosial tokoh pahlawan Hoegeng, yang menjadi refleksi dan sudah semestinya di formulasikan para generasi ‘kids zaman now’, dan masyarakat Pekalongan khususnya untuk meneladani sosok pahlawan.
Dari ‘frame’ kajian diskusi tersebutlah sosok Hoegeng, tidak lagi menjadi aktor tunggal, atau sederhananya menyempitkan pandangan tanpa melihat faktor lain yang agaknya tentu berujung pada penyanjungan tokoh belaka, fanatisme berdasar sejarah ‘mung jare’ saja. Karena masih banyak tokoh pahlawan ‘zaman semono’ yang perlu dikaji untuk diteladani para generasi ‘zaman now’.
Penulis : Makhruf Al-Khadad (Ketua MAHAKARYA periode 2016-2017).