IAIN Pekalongan menggelar acara Pra Pengenalan Budaya Akademik Kemahasiswaan (PBAK) untuk mahasiswa baru pada Sabtu siang (11/8/18) di area Auditorium IAIN Pekalongan. Acara ini dihadiri oleh ribuan mahasiswa baru yang akan memulai tahap awal menimba ilmu di kampus tersebut pada akhir Agustus nanti.
Adanya ribuan mahasiswa baru, puluhan panitia, dan mahasiswa lama yang hadir ke IAIN Pekalongan, ternyata berimbas kepada lahan parkir yang kurang memadai di area tersebut. Para pemuda di daerah setempat menawarkan jasa tempat parkir di sekitar kampus hijau, seperti depan kampus, depan dan halaman masjid Walisongo, serta depan warung-warung yang tak jauh dari kampus.
Adalah Amat Sutoto (31) mengaku setiap ada kegiatan besar di kampus maupun kampus sedang dilanda banjir rob, ia dan para pemuda Panjang Wetan, Kota Pekalongan selalu mengurus jasa parkiran tersebut. Untuk jasa parkir sendiri, para pemuda mematok harga dua ribu per motor. Dengan alasan biaya tersebut masih dapat dijangkau oleh para mahasiswa. Amat juga mengaku tak memaksa yang parkir disana harus membayar dua ribu rupiah.
“Kita normalnya dua ribu soalnya kan anak sekolah. Biasa kan lima ribu, tapi kita dapat teguran dari kampus dan pihak masjid. Anak sekolah jangan mahal-mahal lah mereka kan juga butuh biaya personal seperti makan, selain itu kebanyakan kan orang ratauan. Dan kita juga nggak memaksa harus bayar dua ribu,” ujar Amat saat ditemui di masjid Walisongo, Pekalongan.
Dari jumlah penghasilan jasa tersebut, Amat mengaku mendapatkan laba kotor sekitar 600 ribu rupiah. Dari penghasilan tersebut, ia juga mengaku bahwa hasilnya dibagi bagi untuk kas pemuda perumahan Supimti, Panjang Wetan, satpam kampus, kas masjid dan bagi yang mengurus parkiran tersebut.
“Paling banyak penghasilan 60-70 ribu per orang (yang mengurus parkiran), penghasilan sebelum dibagi-bagi nggak mesti kadang kan dipotong buat makan dan rokok, itu penghasilan 600 ribu kotor, itu aja banyak yang lolos (tidak bayar). Apalagi acara seperti ini keluarnya (mahasiswa) kan nggak satu-satu langsung semua keluar,” katanya.
Masalah keamanan, Amat juga mengklaim jika ada barang yang hilang akan bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Tim tukang parkir hanya akan membayar setengah harga dari barang yang hilang tersebut. Namun, beruntung bagi tim tukang parkir, mereka belum pernah mengalami kejadian barang-barang yang hilang dari para pengguna jasa parkir.
“Tanggung jawab, yang namanya apes kan kita nggak tahu sih. Paling kan kalau misalkan helm hilang nih, semisal harganya 500 ribu, yang paling kan kami sama-sama apes ngasih bantuan separuh harga 300 ribu atau 250 ribu. Seringnya handphonenya ketinggalan ya kita amanin atau kunci motor, ini aja kunci motor kan ada,” tutur Amat yang merupakan anggota Pemsi (Pemuda Supinti).
Menurut Anis Watul Laila (18) yang merupakan mahasiswa baru IAIN Pekalongan menanggapi jika parkiran tidak aman. Hal tersebut dikarenakan tempatnya yang berada di trotoar jalan dan panas.
“Menurutku tidak aman, soalnya kan di pinggir jalan raya terus panas. Minimal itu ada atapnya. Dan kakak-kakaknya (mahasiswa lama) bisa mantau. Misalnya dibangun lahan parkiran juga”, ujar mahasiswa baru jurusan Perbankan Syariah.
Hal senada juga diutarakan Ahmad Ramadhan (19), mahasiswa baru jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Menurutnya, ia merasa kurang nyaman jika parkiran hanya di tempatkan seadanya. Namun, ia memilih parkiran tersebut karena tidak ada tempat parkiran lainnya.
“Sebenarnya saya merasa kurang nyaman dan takut kehilangan. Tapi ya mau gimana lagi, tidak ada tempat lain”, ujar Ahmad mahasiswa baru asal Kab. Pekalongan
Parkiran mahasiswa baru IAIN Pekalongan ditempatkan di trotoar depan kampus hijau, di halaman Masjid Walisongo, dan trotoar depan warung makan. Hal itu bukan hanya pada saat Pra PBAK, tetapi juga pada saat kampus hijau mengadakan acara besar seperti PBAK dan ketika kampus dilanda banjir rob.
Peliput: Azizah, Ana, Fatih