https://lpmalmizan.comĀ – Kalau suka menghadiri shalawat disebut “Mafia Shalawat.” Kalau suka walimahan syukuran disebut “Mafia Berkat.” Tapi kalau suka nulis jurnal ilmiah maka disebut “Mafia Jurnalā. Di LPM Al-Mizan tempat saya menempa diri, ada seorang “Mafia Jurnal.” Hidup dan waktunya didedikasikan untuk tulisan ilmiah baku.
Kali ini saya ingin cerita kalau teman kita satu ini tak pernah absen dari membaca jurnal ilmiah. Sampai membuat gerakan kakinya lambat, penuh pertimbangan yang membuat teman-teman sambat. Mungkin terlalu banyak endapan teori di kepalanya. Sampai beban tubuhnya terasa lebih berat.
Jangan harap bisa cepat kalau sudah urusannya sama Muharom Syifa. Tak ada yang bisa mengintervensi. Yang bisa kamu lakukan adalah menunggu dan menunggu. Di antara teman-teman yang lain, saya dianggap paling dekat dengan si Mafia Jurnal ini. Kemana perginya selalu ada saya. Bahkan, menginap di Sekre Al-Mizan selalu saya yang menemani.
Ketika covid-19 sedang naik-naiknya, kami nekat memanjat pagar untuk bisa sekadar menginap di sekre. Entah mengerjakan apa. Entah cuma nonton film saja. Entah apapun itu pokoknya tidur di sekre. Soal manjat pagar adalah ide brilian agar bisa browsing sepuasnya. Walau ada kekhawatiran ketahuan satpam. Maklum mahasiswa uangnya sedikit. Untuk “kulakan” referensi perlu WiFi sekre. Tapi begitulah teman saya ini Muharom Syifa. Anak Persma yang suka nulis jurnal. Mungkin sekarang masih berpetualang dari ide ke ide lain.
Keunikan Pengurus Persma Al-MizanĀ
Sedikit banyak saya akan share ke kalian agar jadi pembelajaran bersama. Kalau berproses di LPM Al-Mizan bebas mau mengembangkan apa saja. Simak ya jangan dilewatkan. Barangkali penting untuk kalian para pembaca.
Menulis untuk Jalan-jalan
Agak sedikit melenceng dari ide gerakan Persma, menulis untuk keabadian. Menulis untuk melawan pembungkaman. Menulis untuk perlawanan. Tapi teman saya ini justru menulis untuk jalan-jalan. Dia sudah membuktikannya kalau menulis bisa dapat benefit jalan-jalan, gratis pula. Mulai dari jalan-jalan ke Lombok untuk mengikuti kegiatan Lombok Youth Camp 2018, yang tentu saja lewat tulisan yang tak sembarang. Setahun kemudian ikut Borneo Undergraduate Academic Forum di Kalimantan tentunya. Caranya sama yaitu dengan menulis.
Kelak, menulis untuk jalan-jalan ini menyebar ke teman-teman seperjuangan lainnya. Pertama, Rizka Apriliana yang ikut BUAF di tahun yang sama. Kemudian ada si paling Mojok Arsyad, Arini dan Ulfa juga demikian. Mereka menulis untuk jalan-jalan juga. Tak ketinggalan pula saya yang “tertolong” juga akhirnya. Dua tulisan saya lolos seleksi di dua tempat. Pada bulan Juli dan November di tahun 2019. Saya ingin menegaskan, walau sikapnya menyebalkan tapi dia jadi role model “menulis untuk jalan-jalan”. Dari tulisan, siapa saja bisa jalan-jalan kemana saja.
Peran Penting di Al-Mizan
Selain suka nulis jurnal, dia juga seorang yang bisa diandalkan. Walau bukan ranah administrasi Persma Al-Mizan. Dia lebih menganggap tak begitu penting jabatan. Tapi jangan salah sangka, perannya di Al-Mizan tak bisa diremehkan. Dia punya tugas penting untuk mengamankan dana redaksi. Dana untuk cetak majalah dan buletin tiap tahunnya.
Saya yang jeli melihat kecenderungannya tersebut, tak ingin bakat penting pengurus Persma Al-Mizan ini disia-siakan. Sebab perannya bagi keberlangsungan dana redaksi begitu besar. Benar saja, dana redaksi aman berkat analisis tajamnya. Melalui relasinya, melakukan investigasi mandiri terkait dana redaksi Persma Al-Mizan sebesar 52 juta.
Rinciannya 32 juta untuk penerbitan majalah mahasiswa. Sisanya untuk penerbitan dua produk buletin mahasiswa masing-masing 10 jutaan. Salah satu peran penting dalam organisasi Persma. Mampu menelisik anggaran yang rawan tidak cair.
Pemikiran Kritis
Sepanjang kedekatan saya dan si Mafia Jurnal ini, banyak pelajaran yang dapat saya ambil. Salah satunya adalah pemikiran kritis dan objektif. Tak segan dia menegur secara keras kalau saya sebagai ketua tak becus mengurus organisasi. Memang dalam banyak hal saya kurang handal. Tapi juga tak segan-segan untuk memperingatkan teman-teman dan kampus jika ada yang keliru. Barangkali pengaruh membaca jurnal membuatnya kritis. Bahkan sejak dalam pikiran.
Pemikiran kritis merupakan sikap akademis tentang suatu informasi. Mempertimbangkan apakah benar suatu informasi. Menguji informasi yang ada. Bahkan boleh mendebat selagi itu tidak benar. Tapi yang jelas, berproses di Persma Al-Mizan ini siapapun boleh mengembangkan setiap minatnya. Ada yang minat jadi Mafia Jurnal. Pagi, siang malam nulis jurnal. Ada yang desain grafis, fotografi, penulis artikel populer. Ada juga yang jadi tukang tidur. Sekali lagi siapapun boleh mengembangkan setiap potensinya. Hanya yang tidak boleh adalah pemaksaan kehendak kalau anak Persma itu harus begini, harus begitu. Harus nulis jurnal ilmiah yang tidak dibaca oleh mahasiswa leyeh-leyeh seperti saya.
Penulis: Saiful Ibad
Editor: Faiza Nadilah