Guru Besar UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan, Makrum Kholil hadir dalam acara peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 H yang digelar oleh Pondok Pesantren Al Zaytun. Makrum mengaku dirinya diundang hadir dalam acara tersebut secara pribadi dan tidak mewakili lembaga manapun.
Diundangnya Makrum bermula ketika dirinya menulis artikel untuk merespons dialog di TV One dan dialog antara Kick Andy bersama Panji Gumilang tentang Sesat Menurut Al-Qur’an dengan judul AS Panji Gumilang Al–Zaytun dan Kesesatan yang ia bagikan via WhatsApp (WA) Grup Profesor PTKIN mendapat respons baik salah satunya dari Imam Suprayoga, mantan Rektor UIN Malang, dan di-upload oleh beberapa media.
“Saya diundang, mulanya saya menulis artikel di grup WA, saya kirim di grup profesor PTKIN tentang Sesat Menurut Al-Qur’an dengan judul AS Panji Gumilang Al–Zaytun dan Kesesatan. Artikel itu untuk merespons dialog di TV One, dan dialog antara Kick Andy bersama Panji Gumilang. WA itu terutama cenderung ditujukan untuk dialog di TV One. Isinya agar orang tidak mudah menuduh sesat orang lain. Sebaiknya kesesatan itu bukan didasarkan kepada persepsi orang. Di WA tersebut saya tulis jenis-jenis orang sesat menurut Al-Qur’an. Salah satu yang merespons adalah Prof. Imam Suprayoga, mantan Rektor UIN Malang, dan responsnya bagus. Dia merasa senang dengan WA yang saya tulis itu. Kemudian ternyata artikel saya itu terus menyebar kemana-mana. Kemudian pada hari Ahad kemarin saya diminta jadi salah satu narasumber webinar yang temanya untuk mengusut kesesatan AS Panji Gumilang.” Ujar Makrum yang kami wawancarai pada Jumat (21/7).
Dibalik kontroversi Al-Zaytun, Makrum menilai bahwa Al-Zaytun adalah Ponpes yang hebat, mandiri dan modern. “Kalo menurut saya ya hebat, luar biasa. Pondok pesantren yang mandiri dan modern menurut saya. Jadi menghilangkan kesan pesantren itu kumuh dan gudiken, itu menurut saya. Saya kemarin sempet ngobrol dengan anak yang mondok lulusan situ, menurutnya enjoy saja nggak ada apa-apa,” ujarnya.
Makrum sendiri merasa tidak memiliki hubungan dengan Ponpes Al-Zaitun. Namun sebelum acara peringatan 1 Muharam tersebut, ia mengungkapkan pernah bertemu dengan pimpinan ponpes tersebut, yang tidak lain adalah Panji Gumilang.
“Kalau saya sih merasa nggak ada apa-apa. Saya pernah diajak kesana sama Prof Partosentono. Di situ saya ngobrol sama Pak Panji Gumilang. Pada waktu itu saya melihat orang ini orang hebat, progresif menurut saya. Kalau orang seperti ini jadi presiden pantes, untuk membawa kemajuan Indonesia, pikir saya saat itu. Lalu ketika kemarin memberikan sambutan itu, saya teringat akan hal itu.”
Merespons kehadiran salah satu Guru Besar UIN Gusdur dalam acara peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 H yang digelar oleh Pondok Pesantren Al Zaytun, Rektor UIN Gusdur kemudian membuat PENGUMUMAN NOMOR: B-286/Un.27/A.1/07/2023, TENTANG SIARAN PERS TERKAIT KEHADIRAN DAN SAMBUTAN PROF. Dr. H. MAKRUM, M.Ag di PONDOK PESANTREN AL-ZAYTUN. Dalam siaran pers tersebut disebutkan bahwa tidak adanya keterkaitan lembaga perguruan tinggi dengan Ponpes Al-Zaitun. Terkait hal tersebut Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Moh. Muslih telah melakukan rapat klarifikasi bersama Makrum Kholil yang dilaksanakan pada Jum’at (21/7).
Moh. Muslih mengungkapkan bahwa teguran mengenai kehadiran Makrum di ponpes tersebut memang belum ada. Karena teguran tersebut adalah kewenangan rektor. “Konsekuensi itu kewenangan Pak Rektor dan belum diputuskan memang, tugas kami melaporkan dulu hasil klarifikasi hari ini. Yang mana hasilnya akan dilaporkan kepada Pak Rektor,” ujarnya.
Penulis: Rima & Alifah
Editor: Nadilah