Pada dasarnya semua tempat yang ada di bumi ini bisa dibilang pasti memiliki “penghuni lain” selain kita. Sudah menjadi hal biasa juga jika kita sering mendengar cerita-cerita horror, mulai dari sekolah bekas rumah sakit ataupun bekas kuburan. Tak heran pula remaja zaman sekarang sudah terbiasa dengan adanya hal–hal yang berbau mistis.
Seperti halnya yang aku alami saat mondok dulu. Memang jika mendengar kata pondok pesantren mungkin sebagian orang akan berpikir bahwa pondok pesantren itu tempat yang damai dan adem suasananya. Tidak mungkin terdapat hal-hal yang berbau mistis, karena jika dipikir secara logika saja pondok merupakan tempat kita untuk mendalami ilmu fiqih, belajar mengaji, dan tempat kita untuk beribadah juga.
Namun, bagi sebagian orang yang memercayai adanya hal gaib mungkin tidak akan berpikir demikian, seperti aku contohnya. Aku adalah tipe orang yang bisa dibilang percaya dengan adanya hal gaib, karena jujur saja hal yang membuatku percaya akan adanya setan dan semacamnya itu diawali saat kelas 10 SMA.
Kejadian ini berawal saat aku tengah tidur malam, ketika itu hujan turun begitu deras, petir menyambar dan bersaut-sautan. Entahlah mungkin sekitar pukul dua dini hari, aku merasa badanku tidak bisa digerakkan, sekujur badanku kaku, keringat keluar tanpa henti. Nafasku sesak, dada seperti tertimpa sesuatu yang berat. Kucoba membuka mata meski awalnya sangat sulit. Saat aku berhasil membuka mata, betapa terkejutnya aku, sosok hitam berbulu dengan taring itu berada tepat di depan mataku, duduk di atas tubuhku. Pantas saja dadaku sesak sekali. Matanya yang sebesar tutup toples dengan warna merah agak oranye itu menatap tajam melotot ke arahku.
Refleks pada otakku mengatakan untuk menjerit, tapi entahlah mulut ini seakan terkunci. Kulirik kakakku yang masih tertidur pulas di sampingku. Sial, kuharap kakakku sadar akan betapa paniknya aku sekarang. Kulihat kembali sosok besar itu, dia hanya diam dan melotot ke arahku, entahlah aku tak tahu apa maksudnya. Mungkin hanya ingin menunjukkan eksistensinya atau sekedar ingin berkenalan saja. Tapi jujur saja itu sungguh menakutkan untuk sekadar berkenalan. Setan gila mana yang berkenalan dengan cara seperti ini?
Lama aku berusaha untuk bergerak, tapi tidak membuahkan hasil. Sudah kubaca berbagai doa tapi belum berhasil juga. Akhirnya dengan segala keputusasaan kucoba untuk kembali tidur saja, masa bodoh dengan setan itu, aku sudah lelah. Esoknya aku terbangun dengan badan basah penuh peluh seperti terguyur air. Setelah kejadian itu aku merasa diriku mulai sensitif akan hal-hal seperti itu. Di sekolah terkadang aku melihat mereka walaupun hanya sekelebat bayangan saja. Namun, setelah lulus SMA aku mulai merasa biasa kembali, tidak ada bayangan sosok seperti mereka lagi.
~••••••••••••••••••••~
Berlanjut saat awal masuk kuliah, hari itu tanggal 17 Oktober 2021 aku memutuskan untuk berkuliah sambil mondok. Pondokku terletak dekat dengan kampusku, tapi bukan hanya itu alasanku untuk mondok. Ada alasan lain salah satunya karena aku anak beasiswa KIP, dan diwajibkan untuk mondok sekitar satu tahun. Awal masuk di pondok ini aku merasa biasa saja, bangunan yang masih baru jadi dan juga terkesan lebih modern daripada pondok-pondok pada umumnya, mungkin lebih mirip kos-kosan daripada pondok pesantren.
Bangunan ini berdiri di atas sebuah lahan bekas kebun sengon dan bambu, di sekitarnya pun masih banyak pohon bambu yang tumbuh dengan lebat membuat kesan bangunan ini sedikit seram. Malam pertama di pondok ini terasa biasa saja, tidak ada yang aneh. Kami semua yang berjumlah 20 anak sebagai angkatan pertama di pondok ini. Malam ini kami semua hanya melakukan perkenalan, mendengarkan penjelasan dari abah dan sholat seperti biasanya.
Keanehan mulai terjadi di minggu ke-2 aku berada di pondok ini. Aku mulai sering ketindihan, dan sering merasa meriang. Entahlah mungkin efek penyesuaian udara, karena di sini jujur saja hawanya jauh lebih dingin. Saat itu memasuki waktu maghrib dan hujan turun dengan lebat, kami mulai bergegas menuju ke aula untuk menunaikan sholat. Aku berada di barisan kedua paling ujung dekat dengan jalan masuk ke aula. Entah aku yang melamun atau memang sedang sial, mataku melihat sesosok perempuan berambut sebahu menggunakan baju putih dengan muka yang cukup rusak. Dia mengintip di sela-sela tembok dan pintu, oh ya aula ini berada di lantai dua sedangkan lantai dua ini masih kosong kamarnya, hanya di kamar lantai bawah yang sudah terisi sebagian.
Jujur saja aku hanya melihatnya sekilas setelah itu ia menghilang entah kemana. Tak lama setelah itu abah pun datang dan kita mulai menunaikan shalat maghrib. Esoknya aku menceritakan hal ini ke temanku, kebetulan hari itu ayahnya sedang datang untuk berkunjung. Dia bilang ayahnya juga melihat perempuan itu, sekadar informasi ayahnya temanku ini bisa dibilang mempunyai kemampuan istimewa, biasa membantu orang-orang untuk berobat dari hal-hal semacam itu. Setelah aku menceritakan hal ini, beberapa hari kemudian temanku mengatakan bahwa sosok itu sudah dipindahkan oleh perewangan ayahnya.
Tak terasa sudah memasuki UTS dan saat itu kuliah masih secara online. Aku dan satu temanku sebut saja Lia, kami satu jurusan di kampus. Malam itu kita sedang begadang di tangga menuju lantai dua, mengerjakan deadline tugas sekaligus menunggu air pam penuh. Waktu itu jam sudah menunjukkan pukul setengah satu pagi, kami berdua masih asyik mengerjakan tugas. Sesekali kami bercanda dan mengobrol agar tidak terlalu hening. Saat sedang asyik mengobrol, tiba-tiba ada suara benda terlempar, kurasa itu batu. Tapi ini sudah malam, orang gabut mana yang melepar batu ke arah pondok putri jam satu malam?
Saat mendengar suara itu, Lia mengajakku segera kembali ke kamar saja. Tapi kukatakan, “Sebentar lagi Li, sekalian nunggu air penuh, takutnya tidak ada yang mematikan nanti. Sudah tidak apa-apa, mungkin hanya orang iseng”. Jujur saja aku juga sedikit takut, tapi ya kepalang nanggung juga kalau balik ke kamar. Setelah kupastikan air pam penuh, kami bergegas mematikan saluran air dan segera kembali ke kamar.
Kupercepat ke tahun ajaran baru, pondok sudah mulai ramai, semua kamar sudah terisi penuh. Hari itu malam Jum’at, selepas sholat maghrib kami melanjutkan membaca yasin tahlil. Tepat setelah selesai membaca, salah satu mahasiswa baru yang duduk di sampingku tiba-tiba menjerit ketakutan sambil meringkuk dengan posisi sujud. Semua orang panik, aku yang berada di sampingnya hanya bisa terdiam. Jujur saja dari awal sebelum sholat aku sudah tahu bahwa dia memang sedang ada “sesuatu”. Kami bersama-sama mulai membaca ayat kursi dan mencoba menghubungi salah satu pengasuh pondok kami, panggil saja Pak Misbah. Setelah Pak Misbah datang, dan anak itu ditenangkan akhirnya kita melanjutkan sholat isya’.
Sekadar informasi saja, malam sebelumnya sebelum kejadian, sebut saja anak yang kesurupan tadi Ana. Dia juga mengalami hal yang sama saat akan tidur di malam sebelumnya, dia bilang melihat seseorang berjalan ke arah dapur. Awalnya Ana kira itu aku, karena memang aku sering ke dapur malam-malam hanya untuk membuat mie. Namun, kubantah hal itu karena memang malam sebelumnya aku tidur lebih cepat dari biasanya. Memang sebelum kejadian itu Ana sudah merasakan hal aneh dari hari-hari sebelumnya, bisa dikatakan Ana ini anak istimewa dia sudah bisa melihat hal seperti itu dari kecil, katanya sih keturunan.
Berlanjut ke beberapa bulan setelahnya , salah satu teman kami sebut saja Ani. Ani saat itu baru pulang dari kampus karena ada kegiatan, waktu menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Ia yang waktu itu hendak memasuki gerbang tiba-tiba berhenti, di depannya berdiri sosok hitam besar seperti menghadang jalan masuk Ani. Beruntung saat itu ada temannya yang melihat perilaku aneh Ani, mereka berdua langsung menuntun Ani untuk masuk ke dalam. Kata Ani saat itu rasanya campur aduk, ingin lari tapi tidak bisa, badannya kaku seperti patung.
Jujur saja dari sekian banyak cerita horor dan aneh itu, sekarang kami sudah mulai terbiasa. Belum lama ini aku dan teman sekamarku juga merasakannya lagi. Awalnya kami sedang bermain hp, temanku berkata ia mencium bau amis yang menyengat. Sebenarnya aku tidak terlalu sadar akan bau itu, padahal pintu kamar kami masih terbuka lebar, karena kupikir mungkin itu bau bangkai hewan. Tapi saat aku menyuruhnya untuk menutup saja pintu, bau itu mulai menyengat di hidungku. Tak ingin berpikiran negatif aku memutuskan untuk tidur saja karena memang jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari.
Esok harinya temanku bercerita, tadi malam setelah kejadian itu dia pergi untuk membuat mie di dapur. Namun, saat ingin kembali ke kamar ia melihat sosok permen candy di depan gerbang, di antara pohon pisang, awalnya temanku tidak sadar akan sosok itu. Karena pada awalnya dia hanya melihat mata merah menyala di antara pohon pisang itu, tapi semakin ditatap mata merah itu semakin jelas bentuk dari sosok itu. Katanya, jika melihat hantu kita gak boleh menatap tepat di matanya, karena hal itu bisa mengundang mereka. Benar saja! Saat tidur temanku bermimpi didatangi sosok permen candy itu tepat di depan wajahnya.
Memang ya, di kehidupan ini kita tidak bisa jauh-jauh dari hal gaib. Tapi kita sebagai umat beragama, memang sudah sewajibnya untuk mempercayai adanya hal gaib. Terutama bagi kami umat muslim, beriman kepada yang gaib termasuk salah satu dasar dari akidah Islam, bahkan gaib itu merupakan sifat yang pertama dan utama yang dimiliki oleh Allah SWT.
Oleh karena itu, ada baiknya kita selalu berdoa agar selalu dalam lindungan Allah SWT. Tak lupa juga untuk selalu beribadah agar senantiasa merasa tenang, juga jangan lupa selalu berdoa dalam melakukan segala hal agar selalu dimudahkan dan diberikan keselamatan.
Penulis: Dewi Nur Istiqamah
Editor: Arjun Naja