lpmalmizan.com – Mental Health (Kesehatan Mental) kini menjadi pembahasan yang menarik di kalangan generasi milenial. Postingan di media sosial dan para influencer mengatakan pentingnya kesehatan mental. Lalu bagaimana makna kesehatan mental sendiri? dikutip dari UU No. 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, menjelaskan bahwa kesehatan jiwa atau kesehatan mental merupakan kondisi dimana individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial. Sehingga individu tersebut menyadari kemampuannya, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Dari penjelasan tersebut tentunya sehat mental menjadi hal yang penting dimiliki oleh semua individu. Dan dapat disimpulkan pula bahwa kesehatan mental menjadi menarik diperbincangkan karna manfaatnya bagi diri dan juga orang lain.
Dengan banyaknya kampanye tentang kesehatan mental, diharapkan banyak orang tahu mengenai kesehatan mental dan cara menjaganya. Tetapi nyatanya, pemahaman masyarakat terhadap pengidap gangguan kesehatan mental di Indonesia sangat kurang. Saat ini, seseorang bisa percaya dan melatih dirinya agar tidak mengidap gangguan yang berkaitan dengan kesehatan mental. Namun seringkali mereka malah mendapat respon tak menyenangkan dari lingkungannya. Banyak orang berfikiran positif kepada pengidap gangguan mental dengan menyamakan kondisi mereka dengan kondisi dirinya. Dan masih banyak lagi hal mengenai kesehatan mental yang sebenarnya belum dipahami pasti oleh masyarakat.
Seperti halnya seorang pengidap gangguan mental skizofrenia, dari data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan Indonesia menyatakan terdapat 450.000 pengidap skizofrenia di Indonesia. Dimana stigma yang salah dapat berdampak bagi penderita dan proses penyembuhannya. Mulai dari pengobatan yang tidak maksimal, ditelantarkan, bahkan dipasung oleh keluarganya sendiri karna dianggap sebagai aib keluarga. Data dari Info Datin per 2018 sendiri terdapat 14% penderita skizofrenia di Indonesia yang dipasung seumur hidup dan 31,5% penderita skizofrenia yang dipasung selama 3 bulan terakhir. Pemasungan dilakukan karna berbagai faktor yang mempengaruhinya, tetapi tindakan ini juga menjadi diskriminasi terhadap orang dengan gangguan kesehatan mental ini.
Lalu, sebagai individu bagaimana cara menyikapi tentang kesehatan mental agar dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan juga orang lain?
- Mulai menerima kondisi diri sendiri
Proses penerimaan adalah hal terpenting dalam masalah kesehatan mental, seorang individu harus bisa menerima dirinya agar dapat menerima orang lain. Seorang harus paham dulu terhadap dirinya sebelum memahami orang lain.
- Tidak menyamakan kondisi orang lain dengan kondisi diri
Sering kali seseorang menyamakan kondisi diri sendiri dengan orang lain, seperti halnya seorang teman yang mengatakan bahwa dia sangat lelah saat mengerjakan tugas. Tetapi respon yang ia dapatkan tidak membantu, seperti mengatakan jika diriku saja bisa kenapa kamu tidak bisa.
- Mencoba keluar atau mengubah lingkungan toxic
Kadang seseorang tidak sadar bahwa lingkungan yang sedang ia jalani setiap hari adalah lingkungan toxic. Dimana teman-teman sering mengeluh, saling menjatuhkan satu sama lain, dan melakukan hal-hal toxic lainnya. Sebagai makhluk sosial, perlu kepekaan terhadap hal tersebut. Bila perlu putuskan lingkungan semacam itu sesegara mungkin.
- Stop toxic positivity
Tidak jauh dengan pembahasan sebelumnya, toxic positivity juga menjadi hal lain yang harus dihindari. Dimana toxic jenis ini sangat mengacaukan pikiran, karna pikiran yang dituntut untuk selalu menerima emosi positif saja. Dan saat diri merasakan emosi negatif, ia membuangnya dan terus melupakannya di alam bawah sadar. Hal ini menjadikan seseorang menganggap suatu yang negatif menjadi positif saja. Seperti halnya jika seorang teman bercerita tentang nilai ujiannya yang anjlok, dan malah mendapat respon, “Nilai kamu masih mending, nilai aku malah dibawah kamu masih santai aja. Udah laah santai juga,” kalimat ini justru jadi toxic positivity buat dirinya sendiri dan orang-orang disekitarnya.
- Meningkatkan sikap simpati terhadap kondisi sekitar
Manusia menjadi makhluk sosial yang harus saling bersimpati. Simpati ini bukan berarti bisa langsung memahami kondisi seorang yang mengalami gangguan mental maupun teman yang mengalami masalah besar. Simpati disini artinya ikut peduli, memberikan respon dan saran, dan juga tidak mendiskriminasi kondisinya.
Kesehatan mental jadi hal yang menarik dalam pembahasan di media sosial, dan menjadi informasi yang cukup mencuri perhatian pembaca. Tetapi sebagai seorang pembaca juga dapat mengolah informasi tersebut. Orang dengan gangguan mental berhak mendapat apa yang diinginkan. Selain itu diskriminasi tidak dapat dilakukan, baik oleh orang lain maupun keluarganya sendiri.
Dari pesatnya perkembangan teknologi, tidak dapat dipungkiri bahwa seseorang akan mudah terpapar dengan dunia yang lebih luas dan banyaknya informasi. Dan sebagai pengguna media sosial yang bijak, mulailah peduli dengan permasalahan di sekitar, terutama mengenai kesehatan mental. Selain itu, harus pandai memilih konten mengenai kesehatan mental, dan mengimplementasikannya pada kehidupan. Karena sejatinya kesehatan mental menjadi suatu hal yang penting, bukan hanya sebuah konten di sosial media semata.
Penulis : Salsabila Septi A.
Editor : Erna Hidayah