“Aku adalah Dia, dan Dia adalah aku, Manunggaling kawulo gusti”.
Sedari tadi aku termenung dalam diamku yang enggan berkata-kata apapun,terdapat pertanyaan menyelinap dalam benakku. Yeah sedari tadi aku berfikir mengapa ada hukum bacaan AL-SYAMSIAH dan AL-QOMARIAH dalam tata cara baca AL-QURAN?.
Kala itu aku sedang duduk dan mengamati ekspresi adek-adeku yang tengah melaksanakan sidang tahsis yang merupakan syarat kelulusan. Tapi tetap saja hal itu tak membuyarkan fikiranku tentang pertanyaan tadi.
Lalu langkah pertama aku mulai memikirkan apa itu AL-SYAMSIAH dan AL-QOMARIAH. Tetapi dalam hal ini sudah mainstream jika pengertian secara harfiahnya, maka untuk itu aku memutuskan untuk mencari pengertiannya secara samar-samar(tersirat).
Dalam hal ini aku menemukan arti daripada kedua hukum bacaan tersebut dalam pengertian yang sudah aku maksudkan tadi. Jika AL-SYAMSIAH, ialah hukum bacaan yang memiliki karakter untuk meleburkan huruf AL, sehingga huruf sebelumnya menjadi langsung bertemu dengan sesudahnya.
Kemudian jika AL-QOMARIAH ialah hukum bacaan yang memiliki karakter untuk memadatkan huruf AL, sehingga ada pembatas antara huruf sebelumnya dan sesudahnya. Maka jelaslah dalam pengertian ini satu sama lain punya perbedaan yang sangat mencolok. Sekarang aku dan kau pun tahu kan, apa pengertiannya secara samar-samar, bila belum memahami jangan berhenti sampai disini!.
Langkah kedua, mari kita baca lafadz Allah bersama-sama dalam relung yang paling dalam sampai tak berdasar dan tataplah setajam-tajamnya agar Ia balik menatapmu dengan setajam tatapan-Nya.
Bila kita kembalikan pada topik yang tadi maka aku sendiri mempunyai pertanyaan yang telah tertera sesuai judul di atas. Sudah di baca kan pertanyaan yang aku maksud, kini mungkin yang aku temukan dari kenyataan itu seperti ini. Sesuai dengan pengertian tentang hubungan hamba dengan Tuhannya yang merupakan buah interpretasi dari “panjenenganipun” Al-Hallaj.
Beliau berpendapat dalam syairnya “aku adalah Dia, dan Dia adalah aku ”. dari sini bisa kita lihat bahwa hamba dengan Tuhannya dapat bersatu.
Dalam istilah lain yang menurutku senada dengan hal itu tetapi tertuang dalam ungkapan dalam bahasa jawanya yaitu manunggaling kawulo gusti. Sekarang agar tidak terlalu bingung maka akan aku kaitkan dengan AL-SYAMSIAH, masih ingatkah engaku dengan arti secara samar-samarnya.
Baiklah apa hubungannya hukum bacaan AL-SYAMSIAH dengan ungkapan tadi?.
Bila engkau seorang yang cerdas maka akan kau ketahui apa maksudnya sebelum tulisan ini aku akhiri. Tetapi kiranya, aku patut bersu’uzon diri kepadamu karna kecerdasan orang berbeda-beda, juga agar semuanya jadi jelas dan kamu tidak bingung dan linglung. Baiklah sekarang jawaban dari judul pertanyaan di atas adalah lafadz yang Allah yang hukum bacaannya AL-SYAMSIAH mengisyaratkan kita untuk dapat berproses dalam penyatuan diri kepada-Nya.
Sekarang aku tahu bahwa Tuhan itu selalu ingin dekat dengan hambanya, buktinya segala sesuatu yang ada di dunia ini semata-mata untuk mengingatkan hambanya kepada Tuhannya, alangkah tulusnya Engkau pemilik alam ini.
Akhirnya aku mengerti juga bila hendak menyatu denganNya, maka kita harus sungguh-sungguh meleburkan segala pembatasnya. Tapi yang menjadi pertanyaanku sekarang,mengapa manusia malah mengabaikan sesuatu yang penting ini, sungguh mengherankan!