lpmalmizan.com – Memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKM-F) Navi Film ke-2, UKM-F Navi Film menggelar acara Navionalisme. Navionalisme sendiri merupakan pelesetan dari kata Nasionalisme yang berarti cinta tanah air, jadi Navionalisme memiliki maksud bahwa mereka mencintai UKM-F Navi Film. Pelaksanaan acara Navionalisme ke-2 mengangkat tema Jelajahi Jiwa Kemenangan dengan Karya Seni dimana mempersembahkan Navi Premiere yaitu screening film hasil karya UKM-F Navi Film. Acara ini dihadiri oleh mahasiswa serta beberapa tamu undangan di Jagad Cafe, Buaran, Kota Pekalongan. Sabtu, (18/12).
Dalam screening film, UKM-F Navi Film menayangkan dua film terbaiknya, film pertama berjudul Suroso yang berhasil meraih Juara I di ajang IPPBMM (Invitasi Pekan Pengembangan Bakat dan Minat Mahasiswa) ke-VIII di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta serta film Wanita Magis yang berhasil meraih dua nominasi sekaligus, sebagai Juara Kategori Film Terbaik III Festival Film WBTB (Warisan Budaya Tak Benda) 2021 serta sebagai Best Documentary Movie dalam Kegiatan Festival Film Pekalongan 2021.
Segenap rentetan acara Navionalisme diawali dengan prosesi potong tumpeng oleh Pembina UKM-F Navi Film, Vyki Mazaya. Eko Ariwibowo selaku ketua pelaksana mengatakan. “Potong tumpeng lebih ke simbolis, tapi nggak hanya simbolis sebagai bentuk ulang tahun, tetapi juga harapan untuk kedepannya agar UKM-F Navi Film lebih baik lagi dalam segala hal. Dalam pembuatan film, produksi film, manajemen organisasi, biar lebih baik lagi. Karena terhitung masih dua tahun kan masih awal-awal dan mesti belajar semuanya, jadi bukan hanya testimoni sebagai tayangan untuk ditonton tapi ada harapan bagi Navi Film supaya lebih berkembang lagi,” ungkapnya.
Acara dilanjutkan dengan pemutaran film yang discreening melalui talkshow antara sutradara dari kedua film tersebut dengan pemantik screening yaitu Ahmad Sidik An Naja merupakan Founder Omah Budaya Picture dan M. Ulinuha Iskandar seorang videographer.
Ribut Achwandi, selaku dosen IAIN Pekalongan sekaligus pemeran utama Film Suroso mengaku malu, ketika menonton film yang diperankan oleh beliau. “Isin aku, malu. Maksude ngene, pasti yang namanya ketika kita berakting itu kita diminta untuk sesuai arahan sutradara. Kadangkala kan apa yang saya lakukan sebenarnya tidak sama dengan apa yang terjadi di kenyataan. Tapi bagaimanapun juga itu adalah bagian dari tuntutan secara profesional.” Ia membenarkan apa yang dikatakan oleh Sidik An Naja selaku penyecreening film, bahwa aktor panggung ketika diminta menjadi aktor film itu memang susah. “Kuncinya di directornya sih sebenarnya, maksudnya kalau dia bener-bener berani mendirect aktor saya yakin itu sukses,” tambahnya.
Menurut Afuah selaku peserta yang kebetulan juga salah satu calon anggota Navi Film menyampaikan antusiasnya dalam berpartisipasi pada acara yang diselenggarakan oleh panitia “Yang membuat saya tertarik adalah pemutaran film premiernya, kan ngga ditayangin di channel Youtube tuh, dengan mengikuti acara ini saya bisa nonton dan mendapatkan ilmu,” tuturnya.
Reporter: Risky Rosyda
Penulis:Risky Rosyda
Editor: Daniel Alif