lpmalmizan.com | Pekalongan (21/06), Forum Kerukunan Masyarakat Krapyak (FKMK) menyelenggarakan festival yang bertajuk Jlamprang Kultur. Festival Jlamprang Kultur ini merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan pada bulan Syawal. 2018 adalah tahun ke-6 diadakannya festival budaya Syawalan. Adapun rangakaian Festival Jlamprang tahun ini adalah Festival Budaya Kali Kupang, Kirab Budaya 99 Jarik Jlamprang, dan Pameran Batik dengan tema “Pelangi di Bumi Nusantara”.
Kirab Budaya 99 Jarik Jlamprang dibuka oleh walikota Pekalongan. Kirab tersebut diikuti kurang lebih 4000 peserta, yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat. Selain itu hadir juga Habib Luthfi bin Yahya selaku tokoh ulama di kota Pekalongan. Beliau pula yang turut mendukung diadakannya rangkaian kegiatan Syawalan.
“Acara ini bertujuan untuk menjaga kelestarian budaya dan menumbuhkan rasa cinta masyarakat terhadap budaya, juga sebagai wadah agar batik Jlamprang bisa mendunia dan bisa menjadi inspirasi bagi warga krapyak khusunya Pekalongan,” ungkap Lilis Anggorowati selaku panitia penyelenggara saat ditemui di sela-sela acara.
Festival tahun ini mengusung tema “99 Jarik Jlamprang”dengan dalih bahwa batik Jlamprang masih eksis dan tak kalah dengan motif batik lain yang lebih bernuansa modern. Untuk itu pada saat pembukaan Kirab Budaya 99 Jarik Jlamprang dibuka dengan pertunjukan tari kolosal yang menampilkan 99 penari dengan jarik Jlamprang.
“Makna 99 jarik Jlamprang berarti asmaul khusna. Diharapkan serangkaian kegiatan ini mampu mengedepankan kebersamaan masyarakat Kota Pekalongan, serta mengembangkan hal-hal positif guna mempererat silahturrahmi dan memperkuat wawasan. Bahwasannya kita punya kewajiban menjaga keutuhan negara kesatuan republik Indonesia sebagai wujud nasionalisme,” tutur Muhammad Izudin selaku ketua Forum Kerukunan Masyarakat Krapyak (FKMK).
Berdasarkan penuturan Muhammad Izudin bahwasannya tradisi Syawalan berasal dari desa Krapyak. Pada mulanya budaya Syawalan sendiri merupakan tradisi silahturahim santri kepada kyai atau tokoh agama. Dahulu setelah 1 Syawal banyak tokoh agama yang melaksanakan puasa sunnah selama satu minggu. Maka dari itu para santri yang hendak bersilaturahmi menunggu selesainya puasa sunnah para Kyai mereka. Sehingga setelah satu minggu tersebut banyak santri yang bersilaturahim ke rumah Kyai dan lopis merupakan salah satu jajan yang sering disajikan saat Syawalan tiba.
Reporter: Kim
Editor : Sabrina