Lirih semakin lirih
suaranya menekan sikap
Biarkan saja kepala sekeras batu
wajahnya mencekik lalu menoleh
selangkah dari masa depan
selangkah demi selangkah
menunggu bisik dari alunan kaki
“Esok akan lebih baik, tenanglah”
suara itu dari bakiak yang berbisik
langkah itu bermuara
dari tempurung tanpa mahkota
menyusuri tanpa henti
mengeksploitasi semesta
menari dan bernyanyi menggembala diri
Dari surga tuan-tuan itu melihat
mereka melihat dan tertawa
seorang aktor sedang bermain curang
menakarkan diri dengan orang lain
menggunakan jungkat-jungkit tua nan usang
tumpuk sebanyaknya
kumpulkan tanpa batas
hingga tak bisa menghitung
tuan-tuan kembali tertawa
aktor itu sudah kembali