Antologi Puisi Fajar

Bukan Senja, Ia adalah Fajar

Benar,

Ini bukan lagi tentang Senja

Ia adalah Fajar yang menggairahkan Lara

 

Sinarnya ramah

Nyata yang menghidupkan

 

Fajar ialah setia

Ketika malam yang kejam

Sebab sembab netra Lara-telah habis masanya,

Secepatnya ia menjemput Lara

 

Kendaraan Fajar

Kukuruyukkk ialah kendaraan Fajar

Menuju indera pendengaran Lara

Apabila kukuruyukkk dengan tegas menjalankan tugasnya

Sinarnya yang ramah akan

Mengarah pada kelopak mata Lara

Menggugahnya

 

“Laraaaa,”

(Sudah saatnya Lara menatap semestanya yang mesra)

 

Racikan Sinar Fajar

Bagi Lara, sinarnya hangat

Walau tak jarang juga sengaja menyengat

 

“Kau buruk rupa, kalau selalu sembab matanya”

“Silakan marah, Ra”, kata Fajar yang tak pernah menyaksikan Lara membuang amarahnya

 

Atau, jika Lara keras kepala

Maka Fajar mengancam takkan pernah memaksa apapun untuk

Selamanya

 

Kata Lara, hangatnya tercipta dari bagian semesta yang langka, semacam racikan yang tak pernah membosankan

Sungguh mengagumkan

 

Lara Terbangun, Tak dapat Membendung

Memang,

Sebenarnya sejak lama Lara tak mampu menuang air mata yang dibendungnya

Barangkali Lara terlalu fasih untuk mengatakan

“Tak apa-apa”

 

Namun, sekali lagi Fajar adalah mengagumkan

Darinya-Lara belajar menuang,

Bahkan terbiasa menumpahkan apa yang terbendung dari sekitar

 

Fajar dapat membangunkan Lara

Dari kecewanya kepada semesta

Iya, semesta dalam arti yang sebenarnya

 

Sumpah

Fajar bersumpah ia tak akan berubah,

Pun Lara ikut bersumpah tak akan berubah

Fajar akan terus meniupkan sinar ke pelupuk indera Lara

Begitu juga Lara, ia akan selalu bergairah menyambut sinar Fajar

Entah hangat atau menyengat

Semoga begitu dan akan terus seperti itu

Hingga habis masa di dunia

 

Penulis: Nur Hidayah

Editor: Arjun Naja