Pekalongan, lpmalmizan.com – Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa IAIN Pekalongan pada Kamis lalu (7/9) melakukan aksi untuk menyerukan Selamatkan Pendidikan Indonesia. Rektor IAIN Pekalongan Ade Dedi Rohayana pada pukul 13.40 WIB, menyempatkan menemui para mahasiswa yang sudah menyalurkan aspirasi. “Insya Allah akan kami akomodir, oleh karena itu kampus yang sudah kondusif ini. Kami harap tetap kondusif dan tentram. Selanjutnya silakan menemui saya untuk melakukan pertemuan, sore ini atau besok pagi,” papar Ade disela-sela demonstrasi.
Salah satu koordinator aksi tersebut, Hani mengungkapkan pihaknya sudah menemui kembali Rektor, Kamis sore sekitar pukul 16.00 WIB. “Namun, dalam pertemuan tersebut kami hanya memberikan tuntutan atas isu yang dilontarkan sewaktu aksi berjalan. Sementara, hasil audiensi itu menunggu pada senin depan. Sehingga, Senin (10/9) diperkirakan ada pertemuan kembali,” tandas Hani, saat dihubungi via whatsapp.
Aliansi ini merupakan tindak lanjut dari konsolidasi Full Day School yang dilakukan pada Selasa lalu (5/9). Aliansi ini terdiri dari berbagai mahasiswa yang terdiri dari organisasi ekstra maupun intra kampus, seperti PMII, SMI, IPNU IPPNU, SEMA, UKK RACANA, DEMA FTIK, UKM ZENITH, UKM EL FATTA, dan GEMALAWA.
Apresiasi
“Saya pribadi tidak masalah jika ada aksi seperti ini, toh aksi semacam ini juga dapat memberikan masukan-masukan yang baik untuk pimpinan di IAIN Pekalongan,” jelas Ade Dedi Rohayana. Rektor IAIN Pekalongan itu pun menandaskan berkat aksi ini pula pihaknya mengetahui kondisi real di lapangan, akan tetapi alangkah lebih baiknya jika aksi semacam ini dilakukan melalui audiensi.
“Adapun untuk transparansi dana, silahkan bisa ditanyakan secara langsung. Kapanpun, tanpa ada yang kami tutup-tutupi,” imbuhnya saat kami temui di sela-sela demonstrasi.
Mahasiswa yang terdiri dari organisasi ekstra maupun organisasi intra kampus dengan membawa pengeras suara dan beberapa spanduk yang bertuliskan “Kami kuliah sampai pagi, kenapa kuliah sampai sore” dan “Selamatkan Pendidikan Indonesia”.
Dalam aksi yang mulai digelar sekitar pukul 12.00 WIB itu, para mahasiswa meneriakkan beberapa kebijakan kampus yang dianggap kurang menguntungkan bagi mahasiswa. Diantaranya adalah menuntut Rektorat mengembalikan fungsi graha beserta fasilitasnya, jam kampus yang disamakan dengan jam malam, transparansi anggaran dan mendorong pemangku kebijakan kampus meningkatkan fasilitas perkuliahan yang ada.
“Kapan mahasiswa akan berorganisasi jika banyak mahasiwa yang pulang kuliah terlalu malam, sedangkan jam malam graha mahasiswa diberlakukan?” tutur Nur Ikhsan Jamaludin, koordinator aksi tersebut. Ia menambahkan, pihaknya tidak meminta graha dibuka 24 jam, namun cukup disamakan saja dengan jam (aktivitas) kampus.
Terlalu membludaknya jumlah mahasiswa dengan tidak diiringi dengan penambahan fasilitas turut memicu aksi ini. Kekurangan lahan parkir, sistem sikadu yang terkadang berubah tanpa sepengetahuan mahasiswa, hingga ruang tempat belajar mengajar terkadang berpindah tanpa setahu mahasiswa. Mereka juga menuntut agar reguler pagi diberlakukan sebagaimana mestinya, karena pada dasarnya, para mahasiswa pun juga mempunyai kegiatan dan tanggung jawab yang lain diluar aktivitas perkuliahan.
Ketua Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) IAIN Pekalongan, Amat Zuhri, sangat mengapresiasi aksi demontrasi, dengan catatan, menggunakan bahasa-bahasa yang santun dan berjalan dengan damai.
Aksi demonstrasi berjalan dengan damai dan berakhir setelah rektor IAIN Pekalongan mendengarkan tuntutan-tuntutan para mahasiswa yang turut hadir dalam aksi demo.
Sebelumnya, aksi ini mengusung tuntutan, dengan tema Selamatkan Pendidikan Indonesia, pada Kamis lalu (7/9). Aksi tersebut digelar disekitar kampus IAIN Pekalongan, dengan start awal pada kampus 2 menuju graha mahasiswa dan berakhir di perempatan Gedung E kampus 1.
Penulis: Rizka Aprilliana, Elif Hudayana, Fani Hafidhotul
Redaktur : Fatoni Prabowo Habibi