lpmalmizan.com – Dalam sebuah instansi, baik instansi pemerintah maupun pendidikan tentu terdapat seseorang yang memimpin. Adanya pemimpin tidak lain untuk mengatur rencana-rencana agar dapat berjalan sesuai dengan tujuan dari sebuah instansi. Seperti halnya di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan yang merupakan instansi pendidikan. Terukir nama Ade Dedi Rohayana, seorang pria berdarah Sunda yang lahir di Sumedang pada 15 Januari 1971. Beliau banyak dikenal orang, khususnya dikalangan IAIN Pekalongan. Bagaiamana tidak? Beliau adalah orang nomer satu di IAIN karena menjabat sebagai Rektor selama satu periode.
Sebelum mengetahui mengenai jenjang karir dari Beliau, perlunya kita mengetahui dahulu latar belakang pendidikannya. Beliau memulai pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Cimalaka (1984), Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Cimalaka (1987), Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN ) Sumedang (1990).
Selanjutnya untuk pendidikan di perguruan tinggi, Beliau menyelesaikan gelar Sarjana (1994) di IAIN Sunan Gunung Djati jurusan Peradilan Islam. Setelah itu langsung melanjutkan ke jenjang Magister (S2), di IAIN Syarif Hidayatullah jurusan Konsentrasi Syariah (1998). Kemudian masih di kampus yang sama, Beliau berhasil mengejar gelar doktornya (2008).
Sebelum menjabat Rektor, Beliau sudah menjadi Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan. IAIN merupakan peralihan dari STAIN, dan Ade sendiri telah menjabat menjadi Ketua selama 2010 sampai 2016. Kemudian setelah peralihan menjadi IAIN, Ade kembali memimpinnya dengan jabatan baru yaitu Rektor. Pada 2021 ini, jabatannya digantikan oleh wakilnya sendiri yaitu, Zaenal Mustakim yang telah dilantik pada rabu (3/3).
Jauh sebelum menjadi Ketua STAIN dan Rektor IAIN, pada 2002- 2006 Beliau menjabat sebagai Seketaris Jurusan (Sekjur) Syariah. Setelah itu, Baliau beralih menjadi Ketua Jurusan Syariah pada tahun 2006 sampai 2010.
Di tahun ini, Ade tidak lagi menjabat sebagai rektor, apakah Beliau akan tetap di IAIN Pekalongan dan apa jabatan setelahnya? mungkin pertanyaan itu akan muncul dari beberapa mahasiswa. Nah, kebetulan redaksi Al-Mizan berkesempatan bertemu dengan beliau setelah serah terima jabatan dengan rektor baru (5/3).
Ade mengatakan, setelah tidak menjadi rektor, tidak menjabat apa-apa, karena tidak ada jabatan otomatis. Akan tetapi akan menjadi dosen murni di IAIN, karena rektor hanya jabatan tambahan. Secara akdemis memiliki jabatan sebagai Lektor Kepala dengan pangkat IV dan ruang B. Namun selain itu, beliau juga masih mendaftarkan diri menjadi Guru Besar.
IAIN selama dipimpinnya, paling dibanggakan yaitu ketika berhasil merelokasikan kampus dari Kota Pekalongan ke Kabupaten Pekalongan. Relokasi dilakukan karena adanya banjir rob yang selalu menghantui tiap tahunnya. Sudah bebebrapa kali kampus yangberada di kota Pekalongan telah di tinggikan, namun tetap saja mengalami banjir. “Yang paling membanggakan saya, yaitu relokasi kampus. Di era saya, kita mulai merelokasi kampus sejak 2011, pada saat awal saya menjadi Ketua STAIN,” ujar Ade.
Selain relokasi, transformasi lembaga dari STAIN menjadi IAIN juga menjadi proyek dari beliau. Mendekati akhir jabatannya, Beliau kembali merencanakan transformasi lembaga IAIN ke UIN. Namun, rencana tersebut belum juga terealisasikan sampai akhir jabatan. “IAIN menuju ke UIN juga tinggal membuka pintu gerbang saja, yaitu nambah satu Prodi. Rencananya akan membuka prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA),” tambahnya.
Ade berharap rektor baru, dapat lebih memajukan kampus, kemudian progam yang sedang berjalan bisa dilanjutkan. “Insyaallah mampu aku sudah yakin sama rektor baru,” ujar Ade.
Editor : Diah Ayu Setiyawati