lpmalmizan Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan 1 Syawal 1445 H jatuh pada Rabu, 10 April 2024 berdasarkan sidang Isbat yang digelar di Kantor Kemenag, Jakarta, Selasa (9/4).
Sidang Isbat dilaksanakan secara tertutup dan dihadiri oleh Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI), pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI), duta besar negara sahabat, perwakilan organisasi masyarakat (Ormas) Islam, serta Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama. Nantinya, konferensi pers hilal terbuka untuk umum dan dapat diakses melalui kanal YouTube Kemenag.
Tahun ini, Kemenag menetapkan 127 titik lokasi rukyatul hilal awal Syawal 1445 H. Dari data rukyatul hilal itu selanjutnya menjadi bahan pertimbangan dalam sidang Isbat Selasa, (9/4).
Berdasarkan pengamatan tersebut, hilal telah memenuhi kriteria visibilitas hilal atau imakanur rukyat yang ditetapkan MABIM (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura). Kriteria tersebut diantaranya ketinggian hilal minimal 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat. Sebelumnya, kriteria visibilitas hilal yaitu ketinggian 2 derajat dengan elongasi 3 derajat.
“Kriteria itu diputuskan pada 8 Desember 2021 dan telah diterapkan di Indonesia pada awal Ramadan 1443 H/ 2022 M,” Ungkap pakar astronomi Cecep Nurwendaya.
Cecep memaparkan bahwa di wilayah timur Indonesia hari ini, tinggi hilal 4,88 derajat dengan elongasi 8,39 derajat di Merauke. Sedangkan di wilayah paling barat Indonesia, yaitu Sabang, tinggi hilal mencapai 7,63 derajat dengan elongasi 10,22 derajat. Berdasarkan data tersebut, maka telah memenuhi kriteria hilal baru.
Idulfitri 2024 kali ini bersamaan dengan Muhammadiyah. Melalui metode perhitungan yang berbeda, yakni dengan metode hisab haqiqi wujudul hilal, Muhammadiyah telah menetapkan 1 Syawal 1445 H jatuh pada 10 April 2024. Perbedaan Idulfitri antara pemerintah dan Muhammadiyah kerap terjadi. Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, berharap adanya satu kalender Hijriyah yang bersifat global sehingga tidak akan terjadi lagi perbedaan penetapan 1 Syawal.
“Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT) ini nantinya jika diberlakukan secara global. Maka tidak akan ada lagi terjadi perbedaan penentapan bulan-bulan krusial seperti Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah,” jelas Haedar.
Penulis: Dewi Lutfiyani
Editor: Alifatul Qaidah