Pukul 13.20 WIB, W (nama samaran) merupakan mahasiswa Progam Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), berjalan menuju parkiran motor. Saat itu, W merasa keheranan, motor miliknya tidak ditemukan di tempat semula. W berinisiatif mencari satpam, namun nihil. Lalu, W berjalan mengitari gedung FEBI untuk memastikan bahwa motornya memang tidak ada di lingkungan gedung fakultas tersebut.
“Udah muter FEBI nggak ada satpam, jadi muter gedung tetep bingung motornya nggak ada,” ujar W.
AWAL MULA KEJADIAN
Minggu, dengan mengendarai sepeda motor W memasuki gerbang kampus pada pukul 10.20 WIB. W datang ke kampus untuk mengerjakan tugas bersama temannya di kantor Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Ekonomi Syariah.
W memarkirkan motornya di sebelah utara gedung FEBI dengan posisi motor tidak dikunci stang, dan kuncinya sudah ia pastikan dibawa masuk.
“Tapi emang nggak dikunci stang, tapi posisi kunci nggak ketinggalan kuncinya tetep tak bawa saya,” tutur W.
W KEHILANGAN MOTORNYA
Setelah mencoba berkeliling mencari motornya di sekitar FEBI sembari mencari satpam yang berjaga, akhirnya W bertemu satpam di resepsionis FEBI. W langsung bertanya apakah ada satpam yang berjaga atau tidak, barangkali motornya dipindahkan. Akan tetapi karena saat itu hari Minggu, satpam hanya ditugaskan satu orang per fakultas di dalam gedung.
W menjelaskan kepada satpam bahwa motornya siang itu tidak ada di tempat. Barang kali ada satpam yang memindahkan motornya ke tempat lain. Satpam tersebut langsung meminta W untuk mengantarkannya ke tempat ia memarkirkan motornya.
“Saya markir motornya di sini, Pak. Tapi kok nggak ada.”
W juga mencoba meminta satpam untuk mengecek CCTV yang ada di parkiran, sebab kebetulan ada CCTV yang mengarah tepat ke motor W, jadi bisa tertangkap dengan jelas siapa pelakunya. Akan tetapi, menurut W satpam justru tidak merespons dan sibuk mondar-mandir.
Satpam menyuruh menunggu, sembari meyakinkan bahwa kemungkinan motornya tertukar. “Kalau kejadian motor hilang itu dari dulu sering kejadian, Mbak. Tapi, itu karena motornya mirip terus ketukar. Kalau misalkan ini ketukar, mungkin orangnya bakal balik lagi ke sini.” Ucap satpam dalam ceritanya W.
W menunggu di lobi FEBI hingga pukul 15.00 WIB, dan sampai saat itu W masih belum menghubungi keluarganya. Kemudian satpam mengajaknya pergi ke kantor satpam yang berada di gerbang depan kampus.
Ketika sampai di sana, W melihat beberapa satpam sedang sibuk mengecek CCTV. Namun, satpam belum memberitahukan apa-apa kepada W. Di antara pukul 16.30-17.30 WIB, karena waktu hampir menjelang malam, W berinisiatif menelpon mas dan ibunya.
Setelah keluarga W sampai, satpam baru mengatakan sesuatu kepada ibu W, “Ini Bu, sekitar jam 11.30 ada orang yang bawa motornya keluar. Helmnya juga dipakai sama orang itu.”
W sempat melihat rekaman CCTV tersebut, tertangkap dari rekaman CCTV yang terletak di bundaran dan gerbang depan, seorang laki-laki membawa motor W keluar lewat gerbang depan. W mengambil foto rekaman CCTV yang memperlihatkan laki-laki yang mencuri motornya.
Satpam menyuruh W dan keluarganya untuk melaporkan kasus kehilangan motor ini ke Polsek Kajen. Akhirnya W dan keluarga pergi ke Polsek Kajen setelah Isya’ untuk melaporkan kejadian ini.
LAPOR KE POLSEK KAJEN DAN ADMIN MENFESS
SENIN-W menghubungi admin Instagram menfess_uingusdur, barangkali kejadian kehilangan motor ini bisa diupload di akun mereka. Dan ternyata admin menfess_uingusdur mengizinkan untuk memberikan ruang upload kepada W.
Selain itu, W juga kembali ke Polsek Kajen bersama temannya untuk dijadikan sebagai saksi untuk kejadian ini. Sorenya, W bersama dengan polisi menuju lokasi TKP tempat dimana motor W hilang.
Setelah Instagram menfess_uingusdur meng-upload foto remakan CCTV (yang sempat diambil fotonya oleh W pada Ahad sore), ketua dan pengurus HMPS Ekonomi Syariah akhirnya mengetahui tentang kabar bahwa W (salah satu pengurus HMPS di Ekonomi Syariah) telah kehilangan motornya di kampus. Dari kejadian ini, pihak HMPS segera melaporkannya kepada semua ORMAWA, SEMA dan DEMA. Hingga akhirnya diputuskan untuk melakukan audiensi dengan rektorat.
Setelah itu, jelang kemudian W mendapatkan pesan dari satpam yang disampaikan oleh ketua HMPS Ekonomi Syariah, untuk meminta postingan di Instagram menfess_uingusdur segera di-takedown.
“Saya kurang jelas sih. Dari satpam, mungkin dapat laporan dari Polsek Kajen buat suruh takedown postingan yang ada di Instagram. Soalnya ini sedang masa penyelidikan,” ungkap W.
W setuju dan mengikuti pesan dari satpam tersebut. Akhirnya W meminta kepada admin Instagram menfess_uingusdur untuk takedown postingan motor hilang tersebut. Awalnya admin menolak untuk menghapus postingan tersebut, katanya postingan tersebut bisa jadi pembelajaran untuk semuanya. Namun, ketua HMPS Ekonomi Syariah kembali meminta untuk men-takedown postingan tersebut. Akhirnya, W meminta kembali kepada admin Instagram menfess_uingusdur, dan barulah permintaan untuk menghapus postingan tersebut disetujui.
AUDIENSI BERSAMA REKTORAT
RABU, KAMPUS PANJANG-W bersama keluarga, ditemani dengan beberapa perwakilan dari ORMAWA menghadap rektor, warek, dan satpam. Di dalam audiensi tersebut, W dan keluarganya tidak mengharapkan bahwa motor tersebut akan kembali. Namun, setidaknya dari pihak kampus memberikan kebijakan ketika melihat kejadian kehilangan motor di dalam wilayah kampus.
“Saya sama keluarga sudah gak berharap. Tapi, kami cuman ingin ada kebijakan dari kampus. Soalnya, kejadian ini terjadi di dalam kampus. Kami mikirnya kan, di dalam kampus itu aman.” Ucap W.
Namun, pihak kampus memberikan jawaban bahwa kampus tidak bertanggung jawab atas hilangnya segala barang yang ada di dalam kampus. W dan teman-temannya sedikit terkejut ketika mendengarkan jawaban dari rektorat seperti itu. Mereka berpikir, kalau sesuatu barang yang hilang menjadi tanggung jawab kampus, ditambah lagi bahwa kampus memiliki sistem keamanannya.
“Mendengar jawaban seperti itu, ya sudah. Mau menuntut pun, kayaknya bakal susah.” Keluh W saat diwawancara.
Hasil dari audiensi tersebut, bahwa dari pihak kampus tidak bertanggung jawab sama sekali. Rektor juga memberikan saran kepada SEMA untuk mengadakan donasi demi meringankan korban. Dari Rektor sendiri, memberikan donasi sebesar Rp2.000.000.
Selain hasil dari audiensi tersebut, W merasa kalau di akhir acara audiensi ada sedikit perasaan yang tidak mengenakkan. Ketika W memberikan closing sebagai penutup acara, W juga menangis saat penyampaian closing tersebut. Namun, closing yang dibarengi tangisan dari W justru mendapatkan respons yang tidak menyenangkan dari Warek III.
“Saya kan disuruh closing. Saya mengucapkan terima kasih kepada rektor dan teman-teman yang ada di sana. Pas waktu itu saya memang nangis, respon dari warek justru ‘Kalau mau nangis di hadapan Yang Kuasa, jangan di sini. Dah, gak usah diperpanjang’. Gitu, selesai.”
Penulis: Nadilah, Nela, Arjun
Editor: Alifah