lpmalmizan.com – Audiensi antara pihak kepanitiaan Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK) yang berasal dari dosen dengan crew LPM Al-Mizan dilaksanakan di Laboratorium IAT, Senin (29/8). Hasil dari audiensi tersebut berupa klarifikasi dari kepanitiaan PBAK, yang berhubungan dengan munculnya nama universitas lain di dalam buku sambutan rektor dan indikasi plagiarisme dalam kata sambutan.
Arif selaku koordinator kesekretariatan, dalam pembuatan buku panduan tersebut menuturkan kronologi kejadian. Keterbatasan waktu untuk membuat buku panduan PBAK menjadi salah satu faktor kendala yang diungkapkan oleh Arif. Hal lain yang melatarbelakangi kejadian tersebut, ialah jangka waktu kegiatan Pesona dengan PBAK yang terlalu dekat.
“Terburu-buru karena waktu itu dari kemahasiswaan ada dua kegiatan besar sebelum PBAK, ada Pesona. Pesona itu ada 6 hari di Bandung. Hampir seluruh tim berangkat kesana sehingga fokus kita ke Pesona dulu, karena yang awal. Sampai hari Jumat, saya baru ingat, waktunya tinggal lima hari. Buku PBAK belum dicetak,” terang Arif.
Arif juga mengungkapkan bahwa keterbatasan waktu diakibatkan oleh terlambatnya mahasiswa mengirimkan profil Ormawa.
“Sebetulnya buku PBAK itu sejak rapat awal sudah didiskusikan di ruang pertemuan Lembaga Penjamin Mutu (LPM). Nah, setelah itu di-share kepada teman-teman mahasiswa, ternyata minta ditambahkan profil Ormawa, disitulah penyebabnya. Ini bukan menyalahkan ya, cuma cerita kronologi, itulah yang menyebabkan kita terburu-buru sehingga tidak sempat mengoreksi apalagi kata sambutan,” lanjutnya.
Irfandi menjelaskan bahwa terdapat kesalahan yang diakibatkan oleh ketidaktelitian dari bagian kestari, sehingga file yang dimasukkan tersebut mengalami kesalahan. Ia menerangkan bahwa kata pengantar yang tersebar bukan dari kesalahan rektor UIN Gusdur.
“Itu kesalahan bukan di pak rektor. Itu kesalahan di sekretariatan yang salah mengirimkan file yang belum final. Jadi kata sambutan dari pak rektor dan pak warek itu sudah ada. Yang tidak ada tanda tangan itu sebenarnya sekadar untuk dijadikan contoh sama TU pimpinan (TUPIM). Sesudah itu mbak Dewi dari TUPIM sudah ngirim. Tapi karena keteledoran dari kestari yang kerjanya dikejar oleh waktu, jadi tidak sempat koreksi. Justru file yang dari mbak Dewi malah tidak dimasukkan. Malah yang ori tidak terkirim ke percetakan. Artinya itu kesalahan teknis dari kesekretariatan,” jelasnya dalam pesan suara.