Ada cerita mengharu biru
Perpisahan tidak diingini
Suasana sama sekali baru
Melompat lintas nasib, dini
Tumpukan batu-bata berselubung pasir serupa teralis besi
Batu bongkah diinjak, pondasi rapat tak berpori
Pintu bersolek ukir tinggi semampai
Tangan mengaduh keluar lorong tak sampai
Dingin menyayat
Sepi mencekam seram
Ingin dilawat
Beribu tapi, mutiara dianggap karam
Aduhai,
Barisan matahari malu bertandang
Kepada jelita berdarah biru,
Menang atau justru malang?
Di sini, aku melihat dunia baru
Tanah berundak dihidupi semak-semak
Air sungai berdecak mengalir beriring gerimis
Pada puncak kekata, jiwa berenang-renang dalam senang
Bebas!
Tak perlu kubisikkan kepada mereka satu per satu tentang kecamuk rasa
Ratusan hari, waktu itu
Ratusan hari, asa tersia-sia
Cita pun semesta bersahut
Kelana tak akan pernah usai
Merindu sepetak gubuk adalah keniscayaan
Surga, aku pulang ke peraduan