“Tuhan Yang Merdu.”
Tuhan,,,
Dalam diam malam,
Aku samar-samar berbisik,
Menundukan kepala,
Meneteskan air mata,
Dalam diam malam,
Aku menengadah kedua tangan,
Tak pantas meminta,
Tak pantas di kasihani,
Dalam diam malam,
Aku menyair ayat-ayat,
Lamat-lamat berbunyi lirih,
Menggetarkan nurani yang kotor ini.
“Lautan Kasih”
Wajahmu di bawah sinar
Tangan mu melambai di puncak awan
Senyum mu meroket tenggelam
Jejak kaki mu melangkah terjun
Pasir terasa lembut
Kini debur berdebar
Kasih mu membakar terbit
Kini angin berangan-angan
Rinai menari dalam pelukmu
Surya menyapa dalam lautanku
Keduanya bertemu beradu pandang
Manis kata sampailah ke ujung pinang
“Seroja-seroja.”
Seroja-Seroja
Nampak ayu meski di rundung sendu,
Insan manalagi yang kuat menyusunmu?
Sedang kamu hanya duduk termangu,
Dalam suguhan waktu yang menyayat pilu,
Sengaja kamu hanya diam dalam keelokanmu,
Kembang desa tersenyum sumringah,
Kecantikan mu menghiasi sanggul mereka,
Seroja-Seroja
Sampai di batas manakah kamu bertahta?
Sedang kumbang-kumbang sudah tak sabar untuk memburumu,
Seroja-Seroja
Kiranya kamu memang layak untuk di puji,
Jadi Tetaplah pada parasmu yang molek,
Serta tetaplah pada tutur katamu yang lembut bagai madu.