Fakultas Ushuludin, Adab, dan Dakwah (FUAD) IAIN Pekalongan awalnya hendak mengadakan yudisium secara online. Informasi itu diketahui setelah diadakan polling yudisium akan digelar online atau offline. Hasilnya, mahasiswa menghendaki yudisium diadakan secara online. Namun beberapa waktu setelahnya, pihak fakultas menginginkan yudisium digelar secara offline. Akhirnya diadakan lagi polling untuk kedua kalinya. Alhasil Rabu (17/02), yudisium offline terselenggara di Ballroom Hotel Dafam, Kota Pekalongan.
Naeli Mahmudah, Koordinator acara yudisium, saat dikonfirmasi menyatakan bahwa sempat diadakan polling sebanyak dua kali sejak jauh-jauh hari dan menghasilkan keputusan untuk melaksanakan acara yudisium ini secara online. “Pihak kampus meminta untuk diadakan yudisium secara offline, maka seluruh wisudawan atau yang sekarang telah menjadi alumni mengikuti keputusan kampus,” jelasnya.
Naeli juga menjelaskan jika sebelum polling kedua dilaksanakan, para wisudawan terbaik dari masing-masing jurusan di FUAD dipanggil ke kantor Dekanat oleh Imam Khanafi, selaku Dekan FUAD. Hal itu dilakukan karena beliau merasa kurang puas jika dilaksanakan yudisium secara online. “Maka kami pun ditunjuk sebagai panitia. Kemudian, penentuan koordinator acara ini dari jurusan yang paling banyak memiliki wisudawan, yaitu Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI),” terangnya.
Sekar Jati Ruci, wisudawan dari jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) mengungkapkan jika yudisium ini sebenarnya acara yang diadakan oleh wisudawan, bukan dari kampus. “Banyak mahasiswa yang tidak menginginkan, namun dari pihak fakultas tetap menginginkan untuk diadakan. Jadi, dari pihak mahasiswa ya akhirnya cuma ngikut saja. Sebenarnya banyak yang tidak setuju juga,” ungkapnya.
Ketidaksetujuan wisudawan dengan acara yudisium offline tidak hanya dilatarbelakangi oleh situasi Pandemi Covid-19 yang belum mereda. Seperti yang dikatakan Sevi, salah satu wisudawan dari jurusan BPI, bahwa yang paling utama adalah karena kondisi yang masih Pandemi dan yang kedua adalah masalah biaya.
Menurut Naeli, penyelenggaraan Yudisium seharusnya dibiayai oleh anggaran negara. Akan tetapi, anggaran tersebut digunakan untuk keperluan pusat dan penanganan Covid-19. Karena kondisi tersebut juga, anggaran hanya diperoleh dari swadaya para wisudawan. “Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti acara Yudisium pun akan tetap diusahakan untuk iuran. Tapi pada akhirnya mereka yang tidak ikut acara ini tidak iuran. Hanya satu orang saja, yang tidak mengikuti acara Yudiusium tapi tetap iuran,” papar Naeli.
Nominal iuran yang dibebankan juga berbeda-beda, tergantung dari kesepakatan mahasiswa per-jurusan. Di jurusan KPI sendiri, setiap wisudawan diharuskan membayar Rp. 195.000, sudah termasuk untuk uang kenang-kenangan, photo book, dan biaya lain-lain.
Berbeda pandangan dengan para wisudawan, menurut Imam Khanafi, ketidaksetujuan tersebut disebabkan oleh pelaksanaan polling yang hanya berjarak satu minggu sebelum wisuda institut. Sehingga mahasiswa mengira jika yudisium ini terlalu berdekatan dengan wisuda. Akan tetapi setelah pihak fakultas menginformasikan jika acara Yudisium tersebut sekaligus pembagian ijazah, pada akhirnya mahasiswa pun menyepakati. Acara Yudisium kali ini pun bersifat selebrasi semi-formal, dan dihadiri oleh 74 dari total 85 wisudawan FUAD periode Desember lalu.
“Prinsipnya kan sebetulnya kegiatan yang dilakukan dengan protokol kesehatan secara ketat itu dibolehkan. Oleh karenanya kita tetap melaksanakan ini dengan mematuhinya. Karena di kampus tidak memungkinkan, maka kita memilih aula hotel Dafam ini yang sesuai dengan kesepakatan mahasiswa. Peserta maksimal 100, sementara ruangan ini berkapasitas 400 orang. Sehingga itu memenuhi protokol kesehatan. Selain itu, temen-temen juga menggunakan masker dan hand sanitizer,” jelas Imam.
Imam juga menambahkan, jika pelaksanaan Yudisium FUAD di tengah pandemi tersebut bukan yang pertama kali diadakan. Sebelumnya, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) juga mengadakan yudisium fakultas sebelum wisuda institut. Diselenggarakan secara offline selama dua hari di hotel karena mahasiswanya banyak dan dengan alasan memenuhi protokol kesehatan.
“Saya sudah dikasih tahu sama Dekannya, dan itu karena persiapannya mungkin matang, jauh-jauh hari sebelumnya. Selain itu, mungkin karena mahasiswa sudah dikondisikan sejak jauh hari, jadi acaranya jalan. Sementara kita ‘kan kondisi juga banjir dan banyak faktor lainnya, jadi baru sempat mengonfirmasi teman-teman FUAD untuk kumpul menjelang wisuda itu, sehingga kan responnya seperti itu,” ujar Imam.
Crew Al-Mizan menghubungi Sugeng selaku Dekan FTIK untuk meminta klarifikasi. Namun, karena beliau slow respon pada akhirnya crew Al-Mizan menghubungi Sopiah, Wadek I. “Kami nggak ada acara Yudisium. Kami melaksanakan acara Pelatihan Softskill bagi calon wisudawan dengan peserta terbatas di Hotel Horison pada bulan November 2020. Kalau yang anda maksud (yudisium) kemarin, saya nggak paham,” ungkap Sopiah melalui sambungan telepon.
Sopiah juga menjelaskan, untuk pembagian Ijazah dan dokumen-dokumen lain langsung diambil di jurusan masing-masing karena administrasi wisudawan sudah fix sebelumnya. Jadi, jika ditakutkan akan terjadi penumpukan Ijazah itu tidak memungkinan, kalaupun ada, presentasinya akan sangat kecil. Karena ketika mahasiswa lulus dan wisuda, yang ditunggu-tunggu adalah ijazahnya.
Terlepas dari hal tersebut, Imam Khanafi berharap jika wisudawan harus segera menyelesaikan administrasi perkuliahannya. Karena banyak mahasiswa yang saat ini sudah diwisuda tapi skripsinya belum selesai revisi. Sehingga ijazahnya belum bisa diserahkan, selain itu dari pihak fakultas juga ingin membangun komunikasi dengan teman-teman alumni, agar dapat memanfaatkan lembaga alumni dengan sebaik-baiknya.
“Karena besarnya lembaga pendidikan atau kampus bergantung perannya alumni, kalau alumni punya peran yang bagus, maka hal itu yang dapat membesarkan nama kampus. Apalagi kampus ini masih butuh banyak sumber daya manusia (SDM). Kita berharap teman-teman wisudawan yang sekarang menjadi alumni juga memiliki semangat untuk mengabdi kesini, kampus ini kan perkembangannya masih panjang. Tidak lama lagi juga akan menjadin UIN, akan banyak fakultas baru juga. Harapannya, para wisudawan terbaik itu, masih terus dapat mengembangklan ilmunya dan mau menjadi bagian terpenting pengembangan SDM disini,” Pungkasnya pada crew Al-Mizan.
Reporter : Winda Luthfia, Daniel Alif
Editor : Rofita Ningsih