Dewan Eksekutif Mahasiswa Institut (DEMA-I) IAIN Pekalongan dan Pemerintah Kota (PEMKOT) Pekalongan berkolaborasi adakan diskusi yang bertajuk “Sinau Bareng dan Mengenang Joeang Hoegeng” dalam rangakaian acara hari jadi Kota Pekalongan yang ke-113, di lapangan Jetayu Kota Pekalongan (3/4).
Diskusi tersebut menghadirkan tiga narasumber yaitu, ketua Pekalongan Heritage, Arif Dirhamzah, Rama Hoegeng selaku cucu dari Jendral Hoegeng, dan Taufik Emich pencipta lagu “Sang Jendral” Hoegeng Kusuma Bangsa. Tak lupa hadir juga Walikota Pekalongan Saelany Machfudh, dan rektor IAIN Pekalongan, Ade Dedi Rohayana datang membuka acara dan memberi sambutan.
Ade Dedi Rohayana mengapresiasi terhadap acara ini, dirinya sampai meninggalkan acara diluar untuk bisa hadir pada rangkaian acara diskusi juang hoegeng. “Sebenarnya saya malam ini ke Surabaya bersama wakil rektor 3, tapi saya lebih mementingkan acara ini,” ujarnya.
PEMKOT Pekalongan sudah mempunyai rangakain acara sendiri dalam merayakan hari jadi ke-113, namun karena dari DEMA-I mempunyai program kerja mengangkat budaya dan diskusi tokoh, akhirnya mengajak kerjasama untuk mengadakan acara mengenang tokoh dari Pekalongan. ”Saya melobi dengan pak walikota mengajak kerjasama, karena ini salah satu tokoh dari Kota Pekalongan jadi beliau juga menyanggupi, dan di sarankan untuk masuk dalam rangkaian acara ulang tahun Kota Pekalongan,” terang Selamet Nugroho, ketua panitia dari pihak DEMA-I.
Ade Dedi Rohayana berharap Jendral Hoegeng dijadikan contoh teladan bagi semuanya khususnya generasi muda “sosok yang sebenarnyakan bisa dijadikan teladanoleh segenap aparat kepolisisan di Negara kita, termasuk semuanya dijadikan contoh bagi generasi muda bagaimana itu bisa dikembangkan di era sekarang.” pungkas Ade.
Rama Hoegeng cucu dari Jendral Hoegeng yang menjadi narasumber malam itu menjelaskan meski kakeknya pernah menjadi pemimpin POLRI kelima tapi dalam kehidupannya tidak pernah merasakan menjadi keluarga pejabat, karena prinsip kesederhanaan serta bisa berguna bagi semua orang yang dilakukan sang kakek. ”Dengan pensiunannya yang hanya Rp 10.500, tapi beliau bisa menghidupi satu keluarga,” ungkap Rama. Demi mencukupi kebutuhan keluarga Jendral Hoegeng serta Ibu Hoegeng bekerja apa saja yang penting halal.
“Beliau menjadi penyiar radio, dia melukis, dia ngamen, dan Ibu Hoegeng untuk membantu bapak nyari uang jadi rias penganten. jadi semua pekerjaan yang semua itu halal dan bisa menyenangkan banyak orang, dia akan lakukan demi untuk menghidupkan keluarga. yang penting jujur dan bisa makan nasi dengan garam,” imbuh Rama.
Acara ini menarik perhatian masyarakat kota pekalongan, namun mahasiswa malah yang kurang aktif dalam acara tersebut. “Ya menarik, kita dapat bertemu dengan cucunya pak Hugeng, Pak Emich. ya ini ternyata yang kurang aktif , malah anak-anak IAIN kurang aktif,” tutur Arifin, masyarakat Kota Pekalongan.
Reporter: Alif/Ruri