Tepat Senin 3 Desember 2018, ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Hukum Keluarga Islam (HKI), Abdul Jalil, dikejutkan oleh informasi dari pihak manajemen bahwa Sujiwo Tedjo batal manggung di Gor Jetayu pada acara Night of Culture dengan tema “Rembug Agama dan Budaya Bangsa.” Padahal acara tersebut akan dilaksanakan Minggu 9 Desember mendatang.
Sontak saja informasi itu membuat pusing kepala bagi dirinya dan seluruh rekan panitia. Akhirnya Selasa 4 Desember, Ketua HMJ HKI, Organizing Committee (OC), dan Steering Committee (SC) melakukan audiensi ke pihak manajemen terkait pembatalan tersebut.
. “Ya kita sempat melakukan audiensi sama pihak menajemen secara intens. Dari pihak OC, SC, dan Ketua HMJ sendiri langsung pergi ke Surakarta namun hasilnya nihil,” terang Abdul Jalil saat diwawancarai di Graha Mahasiswa (7/12).
Selanjutnya karena sangkut pautnya bukan hanya panitia dan HMJ HKI, melainkan nama baik kampus akhirnya pihaknya meminta audiensi melalui Rektor IAIN Pekalongan—dengan menghubungi kembali pihak manajemen. Namun tetap saja hasilnya nihil alias HMJ HKI mesti berfikir keras untuk mendatangkan narasumber sepadan dengan Sujiwo Tedjo. Mengingat mereka dibebani juga branding narasumber oleh peserta yang telah membayar tiket di acara tersebut.
“Lah kemarin kita konsultasi terhadap kejadian yang menimpa kita ke jurusan dan ke rekator. Yo karena sangkut pautnya bukan jurusan lagi, tetapi ke lembaga kampus. Akhirnya Rektor menghubungi kembali pihak manajemen namun hasilnya tetap nihil,” ungkap Jalil.
“Akhirnya Rektor mencoba menenangkan mengingat yang terjadi dan hasilnya tetap nihil untuk tidak dipaksakan karena kita sudah berusaha semaksimal mungkin, dan memberitahu agar mencari narasumber lain yang background-nya sama,” tambahnya.
Opsi Lain
Akhirnya pihak panitia malam budaya bersama Sujiwo Tedjo melalui Ketua HMJ dan OC memutuskan sowan ke kediaman dosen Universitas Negeri Semarang (UNNES), Ilyas di Salatiga untuk menceritakan inti permasalahannya yang mereka alami. Kemudian beliau memberi dua opsi; pertama, tidak dilaksanakan—namun konsekuensinya panitia mengembalikan seluruh uang peserta. Kedua, tetap dilaksanakan—tetapi dengan catatan diganti narasumbernya yang tidak berbeda jauh latar belakangnya.
“Jadi ceritanya kita sowan menceritakan apa yang terjadi yang dialami panitia ke Pak Ilyas. Akhirnya Pak Ilyas memberi dua opsi, yang pertama acara tidak dilaksanakan tetapi panitia harus mengembalikan uang peserta. Opsi kedua kita tetap melaksanakannya tetapi diganti narasumber, dengan catatan yang tidak jauh berbeda background-nya,” jelas Jalil.
Mengingat dalam kondisi ‘maju kena mundur kena’ akhirnya ketua HMJ dan OC serta rekan yang lain nekat memilih opsi yang kedua. Dengan catatan background tidak jauh berbeda dari narasumber awal. Menurut penuturan Jalil, Ilyas setelah dicurhati atas permasalahan yang menimpa mereka, beliau langsung nembung ke Habib Anis.
Maka secara resmi narasumber yang tadinya Sujiwo Tedjo diganti dengan tiga narasumber lain namun masih seper-guru-an baik di acara Maiyahan atau Suluk Maleman—Yaitu Habib Anis, Ilyas dan Elisa. Abdul jalil menuturkan kalau ketiganya cukup dekat bahkan sudah seperti keluarga.
“Jadi kalau digali lagi antara Habib Anis, Pak Ilyas, Sujiwo Tedjo dan Cak Nun sering berkumpul bersama seperti keluarga,” tuturnya. Jalil menegaskan kembali bahwa kalau perlu bukti bisa dicari di youtube. “Kalau perlu bukti, di youtube juga ada,” tegasnya.
Cukup beralasan mengingat panitia harus dituntut branding narasumber oleh peserta di malam puncak Dies Natalis ke-10 HMJ HKI —yang mendatangkan Sujiwo Tedjo sebagai narasumber. Meski tak sesuai harapan peserta yang telah membayar tiket demi dapat bertatap muka dengan Presiden Jancukers ini, diharapkan memaklumi segenap usaha panitia. Karena pihaknya telah berusaha keras konsultasi ke senior-senior, dosen sampai Rektor namun hasilnya tetap nihil. Dan benar saja, Sujiwo Tedjo batal menginjakkan kakinya di Kota Batik.
Namun untuk mengobati kekecewaan peserta, panitia telah menyiapkan tiga narasumber seperti Habib Anis (Pembina Suluk Maleman), Ilyas (Dosen UNNES), dan Eliza Naviana Damayanti (murid Sujiwo Tedjo). Rencananya, selain dimeriahkan seni musik dari UKM El-fata juga didatangkan kelompok musik Kidung Syafaat asal Salatiga.
“Jadi harapannya calon peserta dapat menerima kenyataan dan memakluminya,” pungkas Abdul Jalil dengan raut muka datar. Karena hanya itu saja yang dapat dilakukan olehnya beserta rekan panitia pada malam puncak di Gor Jatayu, Kota Pekalongan.
Oleh: Syaiful Ibad