Beberapa hari yang lalu di posko IAIN Pekalongan peduli korban rob tampak ramai orang sibuk dengan aktifitas penyaluran logistik. Saya dan beberapa kawan yang telah stand by di posko kedatangan seorang ibu-ibu berbaju merah. Dengan menenteng tas kecil di tangannya beliau memasuki ruang tengah di posko tersebut. Rahmawati (55), itulah nama yang ia sebutkan saat ditanyai salah seorang dosen di posko tersebut.
Tanpa basa-basi Rahmawati menjelaskan maksud kedatangannya. Ibu yang memasuki usia paruh abad tersebut merupakan ibu RT, di RT 9/RW 5, Kandang Panjang. Kedatangannya dimaksudkan hendak meminta bantuan logistik untuk para warganya yang tengah kesulitan akibat banjir rob. Seperti yang diketahui bahwa daerah Kandang Panjang adalah daerah langganan rob. Pada jam-jam tertentu debit banjir rob akan naik dan keesokan hari akan surut, keadaan berulang seperti itu.
Rahmawati sendiri beberapa hari semenjak daerahnya terendam banjir, beliau tak pernah lelah untuk mencari bantuan ke berbagai tempat untuk mencukupi kebutuhan warganya. “Saya sempat mendatangi beberapa pengusaha di Pekalongan Utara untuk meminta bantuan, meskipun dari mereka ada yang menolak dan menganggap saya sebagai peminta-minta saya tak keberatan. Karena saya tidak melakukan hal tersebut untuk diri saya pribadi tapi untuk warga,” ungkap Rahmawati dengan mata menahan tangis.
Para relawan posko pun segera mendata laporan logistik untuk daerah yang dimaksudkan Rahmawati. Selain itu Rahmawati juga menuturkan jika kebanyakan dari warganya masih bertahan di rumah masing-masing. Tidak mengungsi di posko-posko pengungsian. Selepas kepulangan Rahmawati dari posko IAIN, salah seorang relawan di posko mengajak saya untuk mengantarkan bantuan logistik ke daerah Pasirsari. Tersebab ia mendapat laporan salah satu warga disana jika mereka membutuhkan bantuan logistik. Berangkatlah kami bertiga menuju lokasi.
Saat memasuki wilayah Pasirsari genangan air masih memenuhi permukaan jalanan. Siti Khalimah (36) adalah seorang wanita yang memberikan laporan pada salah satu relawan di posko. “Beberapa wilayah di desa Pasirsari Rt. 04/Rw. 05 belum terjamah bantuan baik logistik maupun non-logistik. Masyarakat di sekitar daerah itu mengalami kesulitan, karena banjir yang tinggi mengakibatkan warga sulit untuk memenuhi kebutuhan terutama berkaitan dengan kebutuhan pangan,”tutur Khalimah.
Banjir yang merendam pemukiman warga menyebabkan warga kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Sulitnya akses untuk keluar mengakibatkan warga hanya mampu berdiam diri di rumah sambil menunggu bantuan. Namun, harapan warga bagai bertepuk sebelah tangan. Bantuan yang diharapkan warga dapat membantu kehidupan warga, nyatanya belum sepenuhnya terbagi secara merata.
Masih banyak warga di desa tersebut yang belum mendapatkan bantuan dari pihak manapun. Dikarenakan bantuan yang masuk seringkali hanya memusat dan didistribusikan di sekitar titik tersebut. Sehingga warga yang jauh dari titik pendistribusian itu seringkali tidak mendapat bantuan.
Siti Khalimah yang kesehariannya berprofesi sebagai guru di SMA 4 Pekalongan seringkali merasa tergerak dengan kondisi keadaan sekitar lingkungannya yang memprihatinkan. Bahkan dalam ceritanya Khalimah merasa dirinya berdosa karena pernah di suatu malam beliau dan keluarga bisa tetap merasakan makanan yang lezat seperti biasa namun tetangga beliau masih banyak yang kelaparan. Apalagi dengan adanya musibah rob ini merupakan tanggung jawab sosial kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan.
Kami meninjau beberapa lokasi yang tergenang air di daerah Pasirsari dengan bersepeda motor. Saya juga banyak mendengar kisah yang dituturkan oleh beliau. Walaupun kondisi air rob masih terbilang cukup tinggi hingga merendam rumah warga, tidak sedikit warga yang memilih untuk tetap tinggal di rumah mereka. Satu alasan yang membuat warga enggan meninggalkan rumah tersebut adalah karena rumah itu merupakan rumahnya, jadi bagaimanana pun keadaannya banyak warga yang bertahan dan itu merupakan pilihan terbaik bagi mereka.