Berdiskusi (discussing, discouser) adalah bertukar pikiran, yaitu membahas sesuatu (topik) dalam kerangka pemikiran para pihak. Berbeda dengan ngobrol atau dialog, berdiskusi mengandung pemikiran, jadi apa yang diutarakan tentunya dipikir terlebih dahulu. Banyak diantara mahasiswa yang masih enggan melakukan diskusi. Alasannya bisa bermacam-macam, dari capek pulang kuliah sampai benar-benar ada yaag malas melakukannya. Padahal, dalam ruang diskusi kita dapat menambah wawasan dan saling bertukar pikiran dalam memahami sebuah keilmuan.
Dalam ruang diskusi, kita juga belajar menyampaikan pendapat pribadi, belajar menganalisa sebuah permasalahan, belajar berkomunikasi dengan baik, belajar menghargai pendapat orang lain, dan membuat kemajuan yaitu membuat maahsiswa sadar akan kemajuan. Setidaknya itulah yang akan didapatkan ketika kita berdiskusi. Setidaknya ada nalar kritis kemanusiaan yang terbangun dalam diri mahasiswa.
Budaya diskusi di kalangan mahasiswa IAIN Pekalongan sangat jauh berbeda dengan mahasiwa yang berada di kampus kota-kota besar. Seperti di Semarang, Yogyakarta, Surabaya. Hal ini disebabkan perbedaan latar belakang mahasiswa. Hampir 70 persen mahasiswa di IAIN Pekalongan adalah mahasiswa yang laju dalam menjalani aktivitas perkuliahan. Berbeda dengan kampus-kampus di kota besar yang notabane adalah mahasiswa perantau yang hidup jauh dari kampung halaman. Dimana diwaktu senggang mereka menjalankan aktivitas perkuliahan digunakan untuk berdiskusi guna mempertajam wawasan. Hal ini berbanding terbalik di mahasiswa IAIN Pekalongan yang kebanyakan aktivas setelah kuliah langsung pulang. Sehingga terdapat perbedaan kualitas yang dimiliki mahasiwa dalam wawasan keilmuan.
Melihat situasi saat ini, dapat diketahui bahwa permasalahan yang terjadi di kalangan intelektual mahasiswa adalah minimnya kegiatan diskusi, walau tidak semua mengalaminya. Maka diskusi film mungkin adalah salah satu alternatif mengembangkan budaya diskusi. Melalui diskusi film, mahasiswa yang tida suka membaca dapat menambah wawasan dalam sebuah film. Seperti film Adriana yang bercerita mengenai sejarah yang dikemas dengan romantika. Ada juga film Soe Hoek Gie yang menggambar perjuangan mahasiswa pada zaman orde lama. Banyak kisah yang dapat dipetik dalam film-film tersebut. Metode bedah film mungkin lebih efisien membangunkan ruang-ruang diskusi pada diri mahasiswa. Karena dianggap tidak monoton seperti diksusi yang biasanya dilakukan. Oleh karena itu, jangan sampai wawasan mahasiswa mati hanya karena enggan/ bosan dalam berdiskusi. Setidaknya tumbuh nalar kemanusiaan pada diri mahasiswa dari budaya diskusi.
Penulis: Mucharom Syifa
Editor : Sabrina