Secara geografis, Indonesia adalah negara yang terdiri dari beberapa pulau. Membentang dari sabang sampai merauke, berjajarlah pulau-pulau yang menjadi bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini menjadikan Indonesia memiliki beraneka ragam suku, agama, ras, serta budaya. Hal ini juga yang menjadikan bangsa Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang memiliki makna filosofis sangat mendalam, yaitu berbeda-beda namun tetap satu jua. Semboyan tersebut dijadikan landasan bahwa perbedaan bukanlah alasan untuk saling bermusuhan. Melainkan sebuah rahmat yang harus dijaga bersama demi terwujudnya kerukunan dalam kemajemukan.  Menjadi dasar terbentuknya bangsa yang toleran dan menghargai perbedaan.
Sejarah mencatat, Indonesia mencapai kemerdekaan melalui persatuan berbagai pergerakan dari tingkat daerah. Melalui semangat pemuda-pemudi bangsa, Indonesia berhasil merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Setelah berhasil memproklamasikan kemerdekan, Indonesia memilik cita-cita yang sangat mulia yang tercantum dalam pembukaaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, salah satunya ikut menjaga perdamaian di dunia.
Perdamaian inilah yang menjadi pondasi penting dalam membina keragaman yang ada di Indonesia. sebuah tekad dalam menjalin persaudaraan sejati, keragaman tanpa meleburkan. Maka, sebagai generasi muda sudah sepatutnya kita meneruskan perdamaian yang menjadi cita-cita bangsa. Oleh sebab itu, peran pemuda sangat dibutuhkan keberadaannya dalam melanjutkan perdamaian di negeri ini. Karena dari tinjauan historis, pemuda menjadi pelopor pemersatu jauh sebelum Indonesia merdeka.
Salah satu masalah yang dihadapi pemuda dalam membangun perdamaian adalah timbulnya konflik yang terjadi akibat keanekaragaman suku, agama, ras dan antar golongan. Seperti konflik kerusuhan sosial di Poso, Sulawesi Tengah yang bernuansa agama. Ataupun konflik kerusuhan antar etnis yang terjadi di Sampit, Kalimantan Tengah hingga menimbulkan banyak korban. Ada juga, insiden pembakaran masjid di Kabupaten Tolkara, Papua yang memicu konflik di antara dua agama yakni Islam dan Kristen. Mengacu pada berbagai konflik yang pernah terjadi di bangsa ini membuat kita sadar untuk mencari solusi. Salah satunya adalah dengan menawarkan konsep Islam Rahmatan Lil Alamin
Nilai-Nilai Islam Rahmatan Lil Alamin dalam Perdamaian
Islam adalah agama yang damai. Melalui nilai-nilai Islam Rahmatan Lil Alamin (IRA) inilah upaya pemuda dalam menjaga perdamaian. Ada 9 nilai IRA yang harus dimiliki oleh pemuda dalam menanamkan perdamaian. Nilai yang pertama adalah tentang kemanusian. Sikap memanusiakan manusia atau memandang manusia secara mendasar sama dan sederajat merupakan sikap humanis yang ditekankan dalam Islam. Sikap humanis dimana memandang manusia bukan dari tampilan fisiknya, bahasanya, etnisnya, bahkan agamanya sekalipun. Seperti halnya ucapan Gusdur, “Tidak penting apa agamamu atau sukumu. Kalau kau bisa melakukan hal yang baik untuk semua orang. Orang tidak akan pernah tanya apa agamamu.”
Begitu pula dengan nilai IRA selanjutnya, yaitu sikap tentang keadilan. Adil berarti tidak berat sebelah, mengikuti atau sesuai dengan aturan serta menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dimana sebagai generasi muda, kita harus bisa bersikap adil kepada siapapun tanpa membeda-bedakan. Justru karena berbedalah kita bisa bersikap adil dan bertoleransi dalam perbedaan.
Nilai yang ketiga adalah egalitarianisme. Egalitarianisme pun juga perlu, yaitu pandangan bahwa pada dasarnya semua orang statusnya setara sekalipun di antara mereka terdapat perbedaan-perbedaan dalam usia, intelektualitas, ras, etnis, status sosial, aspirasi politik, silisilah kebangsawanan, penampilan fisik, agama, kecerdasan, bakat dan sebagainya. Egalitarianisme akan menghasilkan isi yaitu seperti pandangan positif, apresiasi, empati, komunikasi, interkasi, kerja sama, pelayanan dan pemberdayaan.
Nilai/perilaku yang ke empat adalah tentang musyawarah, yaitu usaha untuk menyelesaiakan persoalan secara bersama-sama sehingga mencapai keputusan bersama/mufakat. Elemen ke lima adalah tentang pluralisme, pluralisme adalah keadaan yang majemuk. Perbedaan manusia yang satu dengan lainnya sudah didesain Allah sebagai sesuatu yang memang harus diterima. Oleh karena itu, pluralisme juga dapat diartikan kesiapan untuk menerima kemajemukan.
Pluralisme agama sering disalahpahami sebagai paham yang menyamakan semua agama dan menganggap relatif semua agama. Padahal, seharusnya pluralisme agama semestinya dipahami bahwa seseorang tetap berbegang teguh pada agama yang dianutnya. Namun tidak menyalahkan agama lain. Justru menyadari dan memahami bahwa penganut agama lain juga meyakini agama masing-masing adalah agama yang terbaik bagi pemeluknya.
Nilai yang ke enam adalah toleransi. Yaitu sikap saling menghargai antara individu dengan individu, kelompok dalam masyarakat, maupun yang lainnya. Toleransi diperlukan untuk menghadapi realitas kehidupan dunia yang pluralitas dan kompleks. Dalam agama sendiri, toleransi diperlukan untuk menghindari gesekan dan benturan perbedaan paham.
Nilai yang ke tujuh dalam konsep Islam rahmatan lil alamin adalah sikap moderat (tawasauth) atau seimbang dalam segala hal, yaitu mengambil jalan tengah. di anatara dua kutub ekstrim yang saling berlawanan. Sikap moderat dalam beragama ditunjukan ketika penganut agama tidak berlebih-lebihan, menjaga keseimbangan dan memilih jalan tengah. Rasulullah SAW pun pernah bersabda tentang sikap moderat, “sebaik-baiknya perkara adalah posisi tengah”.
Nilai yang ke delapan adalah inklusivisme, suatu pandangan yang menganggap semua orang bagian dari dirinya sendiri sekalipun diantara mereka terdapat banyak perbedaan sosiologis. Inklusivisme tidak berkonotasi membenarkan pandangan semua orang, tetapi lebih sebagai cara pandang yang menganggap semua orang sebagai keluarga besarnya.
Nilai yang ke sembilan yaitu gender awareness. Yaitu kesadaran bahwa secara prinsip laki-laki dan perempuan memiliki peran, kedudukan, hak, kewajiban dan tanggung jawab yang sama dalam berkehidupan. Sekalipun diantara mereka memiliki banyak perbedaan fisik. Karena sesungguhnya yang membedakan perempuan dan laki-laki adalah ketaqwaannya.
Maka sangatlah penting, kepada para pemuda untuk mengambil peran dalam perdamaian. Menyebarkan virus-virus perdamaian di Indonesia. Memberikan tindakan nyata dalam menjaga kesatuan bangsa. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pemuda sangat dibutuhkan. Seperti ungkapan Dr. Kh. Muhammad Zainul Majid dalam Majelis Harmoni pada kegiatan Lombok youth camp 2018, “Pemuda merupakan bagian penting yang bisa dipercaya untuk memegang dan menangani urusan-urusan besar.” Salah satu urusan besarnya adalah perdamaian yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia.