Serikat jurnalis untuk keberagaman (read: SEJUK) ajak peserta workshop ke Gereja Kristen Pasundan dan Masjid An-Nasir Jamaah Ahmadiah Kota Bandung, Minggu (25/2).
SEJUK bekerja sama dengan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suaka universitas Islam negeri (UIN) Sunan Gunung Djati dan Isola Pos Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Serta didukung oleh Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit (FNF) ini ingin mengajak peserta workshop untuk lebih mengenal keberagaman.
Awal kunjungan, peserta workshop yang terdiri dari 25 orang ini diarahkan ke Gereja Kristen Pasundan. Terdapat banyak keunikan dalam Gereja tersebut. Meskipun sudah dapat dikatakan modern, akan tetapi sebagian dari doa-doanya masih menggunakan bahasa Sunda.
“Karena memang kita lahir dan berdiri di tanah Sunda, ya jadi kita tetep melestarikan bahasa Sunda,” Tutur Ella Rusmalia selaku jamaat sekaligus pengurus Gereja Kristen Pasundan.
Adapun dengan berbagai macam penyerangan yang telah terjadi di beberapa tempat rumah ibadah, Ella mengungkapkan bahwa dahulu memang sering ada isu-isu radikalisme. “Sampai-sampai pintu gereja tidak boleh di buka lebar-lebar. Karena dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Terutama dalam waktu-waktu pemilu,” Lanjut Ella saat disela-sela kesibukannya.
Lanjut pada kunjungan yang kedua, kali ini SEJUK ingin membawa peserta workshop untuk lebih mengenal keberagaman dalam Islam. Masjid An-Nasir adalah sasaran utamanya. Dimana dalam masjid tersebut terdapat 193 anggota jamaat Ahmadiyah.
“Para jamaat sendiri terdiri dari berbagai macam tempat, bukan hanya dari Orang Bandung,” ucap Eis Mudiarsih selaku pengurus perempuan.
Banyak sekali keunikan dalam Jamaat Ahmadiyah. Selain mempunyai penafsiran sendiri dalam memahami ayat Al-Qur’an, aliran ini pun beranggapan bahwa Imam Mahdi sudah hadir. “Kami bukan sesat, kami hanya berbeda penafsiran mengenai kedatangan Imam Mahdi,” Tukas Maulana Lutfi selaku mubaligh.
Lutfi, panggilan akrab sang mubaligh (ustad) juga memaparkan bahwa banyak sekali penyerangan-penyerangan yang telah jamaat Ahmadiyah terima. Dari mulai di teror, perusakan, bahkan di ancam untuk dibunuh jika tetap berpegang teguh pada keyakinan bahwa Imam Mahdi telah datang.
Itulah bukti konkrit bahwa negara kita belum dapat menjunjung tinggi nilai kebebasan dalam beragama. Maka sudah selayaknya sebagai kaum terdidik untuk dapat menjembatani dan meminimalisir adanya perpecahan dalam berkeyakinan. Bukan malah saling membenci.
Rizka Apriliana