Sebelum Jeff menggagas Scrum dan bahkan tahun 2005, sebagian besar proyek pengembangan piranti lunak dalam industri teknologi dikerjakan dengan metode air terjun. Proyek dirampungkan secara bertahap lalu dinaikkan ke tahap berikutnya sampai siap dirilis ke pasar.
Proses tersebut lambat, tak terprediksi dan sering kali tidak menghasilkan produk yang diinginkan. Dengan metode air terjun, proyek yang molor sampai berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun merupakan kelaziman. Rencana bertahap yang disusun di awal yang dijabarkan secara memikat dalam diagram Gantt meyakinkan manajemen untuk memegang kendali total atas proses pengembangan produk, tetapi di lapangan hampir selalu telat.
Pada 1993, untuk mengatasi berbagai kendala itu, Jeff bersama Ken Schwaber, mencetuskan cara baru dalam bekerja: Scrum. Cara itu berbeda sekali dengan metodologi manajemen proyek top-down yang preskriptif pada masa lalu. Scrum justru lebih menyerupai sistem adaptif evolusioner yang bisa memperbaiki diri.
Sering terdengar ungkapan, “Bukan itu tugas saya.” Mereka menyetor bagian masing-masing dan cukup sampai di situ (hlm 23). Peluncuran healthcare.gov adalah contoh pas. Ini situs web yang memudahkan warga AS untuk mendaftarkan diri dalam asuransi kesehatan. Situs web itu dirampungkan dalam tiga bulan menggunakan Scrum (hlm 22). Sistem di healthycare.gov seharusnya menghubungkan basis data Internal Revenue Service (Dinas Pajak AS) dengan basis data negara bagian, perusahaan asuransi, dan departemen kesehatan.
Tugas tersebut memang kompleks. Untuk itu, lebih dari 20 kontraktor menggarap bagian-bagian berbeda dan merencanakan dengan metode air terjun. Mereka tidak pernah menaksir situs tersebut dari sudut pandang pengguna, tetapi hanya dari sudut pandang mereka sendiri. Mereka dibiarkan berbuat begitu karena memang tidak sejalan, tidak dipersatukan tujuan bersama.
Manfaat Scrum adalah mempersatukan tim untuk menciptakan hal-hal hebat. Untuk itu, semua tidak saja harus bisa melihat tujuan akhir, tetapi juga mampu memberikan hasil secara bertahap, sedikit demi sedikit, sejalan dengan tujuan. Dalam berbagai lini, Scrum telah diterapkan.
Di Belanda, para guru yang jumlahnya kian bertambah menerapkan Scrum untuk proses belajar mengajar di SMA. Skor ulangan hampir serta merta naik 10 persen lebih. Scrum digunakan untuk merengkuh semua siswa agar aktif dari murid berbakat sampai siswa program kejuruan (hlm 247).
Di Uganda, Yayasan Grameen menggunakan Scrum untuk menyampaikan data pertanian dan pasar kepada para petani miskin perdesaan. Hasilnya, sejumlah orang termiskin di bumi mendapat hasil panen dan pemasukan meningkat dua kali lipat.
Buku dilengkapi panduan resmi metode Scrum dan data termutakhir. Ada juga pengalaman menangani berbagai proyek yang berhasil diatasi dengan Scrum. Yang membedakan Scrum dengan metode manajemen lain, kemampuannya dalam merengkuh konsep evaluasi berkesinambungan untuk menjaring respons dari klien secepatnya, alih-alih menunggu hingga proyek benar-benar rampung.
Scrum memiliki keniscayaan. Singkirkan semua gelar, semua manajer dan seluruh struktur. Orang-orang diberi kebebasan untuk bertindak paling baik. Biarkan mereka bertanggung jawab atas keputusan tersebut.
Diresensi Fatoni Prabowo Habibi, Mahasiswa IAIN Pekalongan
Judul : Scrum
Penulis : Jeff Sutherland
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : Mei 2017
Tebal : 296 Halaman
ISBN : 978-602-291-387-0
Dimuat di Koran Jakarta Edisi 13 September 2017, lihat disini.