Selasa malam saya sempat menonton berita disamping sinetron yang sering saya tonton di salah satu stasiun tv, tepat saat sinetron itu mulai menayangkan iklan. Hehehe. Entah mengapa saya tiba-tiba memencet channel berita tvone. Saat itu berita yang saya tonton ya itu, apalagi kalau bukan berita Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud yang rencananya tanggal 1 Maret 2017 akan mendarat di Indonesia. Ya, memang benar akhir-akhir ini marak dibicarakan kedatangan Raja yang kaya raya ini ke Indonesia. Rencananya Raja Salman akan mengunjungi Indonesia dengan membawa beberapa kolega, loh kok kolega?, apa di Arab mengenal kolega? Ah sudahlah jangan dipikirkan, toh sang raja hanya manut pemerintah Indonesia saja kalau soal istilah. Sang Raja juga dijadwalkan akan bersua dengan Presiden terhormat kita, Joko Widodo, yang “katanya” akan membahas hubungan bilateral antara Indonesia dan Arab Saudi.
Tapi sebenarnya bukan itu yang ingin saya ceritakan melalui tulisan ini. Namun, yang menarik bagi saya adalah ingar bingar dari kedatangan sang Raja Saudi ini ke Indonesia. Benar sekali, karena berita itu terlanjur dibesar-besarkan, bagaimana bisa tidak, Raja dari Arab Saudi sudah sejak 47 tahun silam belum pernah datang lagi ke Indonesia. Terakhir kali raja Arab Saudi yang datang ke Indonesia dan terekam dalam sejarah, adalah Raja Faisal yang bersua dengan presiden Soeharto 47 tahun silam. Berita kedatangan dan penyambutan Raja beserta rombongannya ke Indonesia sangat meriah. Apalagi santer kabar kalau sang Raja akan rawuh ke Indonesia bersama pangeran-pangerannya yang katanya ganteng. Hal itu membuat netizen di sosial media geger dan “histeris”, apalagi tersebar gambar salah satu pangeran sang Raja di sosial media yang membuat republik maya kesengsem.
Jika dikatakan berlebihan, memang benar persiapan yang diupayakan pemerintah sungguh sangat luar biasa. Hampir kurang lebih sekitar 7000 personil TNI dan Polri dikerahkan. Busyet, kalau saya bisa menerka mungkin itu semua anggota TNI dan Polri se-Indonesia kali ya? Dan semuanya akan ke Bogor gitu? Lalu siapakah yang akan menjaga keamanan ditempat lain? Apakah tukang becak? Atau bahkan tukang las? Ah, sudahlah tak usah dipikirkan, ini justru kesempatan yang baik untuk bepergian karena tidak akan ada tilangan di jalan, beruntunglah kalian yang belum punya SIM, silahkan jalan-jalan sepuas kalian. Hehehe.
Sebenarnya, saya juga belum tahu pasti apa tujuan sang Raja datang ke Indonesia. Mau mengatakan untuk kepentingan hubungan bilateral, tapi kok bawa keluarga, tv, dan burung, serta mungkin perabotan lainnya, saya kira kalau sampai perabot dan keluarga di bawa-bawa untuk kepentingan pejabat itu sudah bisa dibilang mau pindah rumah. Eh, hehehe. Tapi, jika dikatakan mau piknik juga belum sepenuhnya benar, karena rencananya Raja Salman akan bertemu Jokowi untuk membahas hubungan bilateral. Lah itu dia yang saya bingungkan. Hahaha. Apalagi setelah tahu kalau Raja Salman akan berlibur ke Bali. Gila, ke Bali bro, siapa yang tidak kenal pulau Dewata ini, pulau yang memiliki seribu bidadari yang berseliweran, terutama di pantai Kutanya itu barangkali yang membuat Raja Salman ingin setidaknya menikmatinya, mumpung di Indonesia. Hahaha.
Eits jangan berprasangka buruk ah dengan sang Raja. Hal yang menarik lagi dari pemberitaan santer mengenai kedatangan beliau adalah tertutupnya berita-berita yang harusnya lebih terkuak ke publik. Misalnya, bom yang meledak di Bandung berberapa hari yang lalu seakan luput dari kamera wartawan. Selain itu, kemarin pada Selasa 28 Februari 2017 juga luput dari mata publik mengenai kelanjutan sidang penodaan agama Ahok yang sempat saya tonton pada Selasa malam kemarin, dan itu sangat mengejutkan bagi saya, karena pada saat itu Ahok dan “rivalnya”, yaitu Habib Riziq berjumpa di depan hakim. Ini sungguh pemandangan yang langka dan sia-sia jika tak diliput wartawan, sayangnya kepopuleran Raja Salman sukses mengalahkannya. Hahaha.
Kepopuleran berita kedatangan Raja Salman ke Indonesia juga melenyapkan berita politik yang ada. Bahkan hiruk pikuk Pilkada Jakarta seakan lenyap begitu saja dengan berita Raja Salman. Lalu, apakah dengan begitu media melupakan Pilkada? Saya rasa tidak, inilah kemuslihatan media di Indonesia, ketika satu media meliput Raja Salman ada berita lain yang menyorot masalah Pilkada. Seolah media telah menutup rapat berita mengenai politik itu dengan “sorban” Raja Salman. Saya mencoba untuk mencari kelanjutan berita mengenai politik, pilkada, bom, dan penodaan agama. Tapi, yang saya temukan lagi-lagi yang teratas adalah berita “Ini Agenda Raja Salman Selama di Indonesia.”
Penulis : Muhammad Arsyad