Berbicara dunia maya memang tidak ada habisnya. Facebook, Twitter, dan Instagram, ketiganya merupakan buah dari perkembangan internet yang sulit dikondisikan. Namun, tak semua orang yang tahu, keturunan dari perkembangan internet tadi tidak bisa berkutik jika tak diimbangi dengan aksi di dunia nyata. Buku yang ditulis oleh lima belas penulis yang kompeten ini menjadi saksi kehebatan sekaligus kelemahan dunia maya.
Internet yang lahir di Amerika ini tak hanya menarik dari segi kecanggihannya, tapi dari segi penulisan sejarah, internet sangat berkontribusi besar di dalamnya pada abad ke-XX ini. Menariknya, salah satu penulis buku ini, Nia Aprilianingsih memandang internet sebagai mesin waktu. Jika dibandingkan dengan dunia nyata, dunia maya atau internet mampu untuk melakukan pemampatan ruang dan waktu. Selain itu, dunia maya juga mampu mempersingkat waktu dalam melakukan pekerjaan tertentu, hingga lahir istilah multitasking. Yaitu melakukan berbagai pekerjaan hanya dalam satu waktu. Dengan alasan ini manusia kemungkinan besar lebih beralih ke dunia maya, dan mengesampingkan dunia nyata.
Internet juga berkuasa dalam kerukunan antar umat manusia di dunia. Sebagai contoh, dalam salah satu berita yang dijelaskan oleh Taufik Nurhidayat dalam buku ini, pada Rabu, 26 Agustus 2009 mewartakan tentang tiga buah grup Facebook yang beranggotakan ribuan akun mewacanakan “anti-Malaysia”. Menjamurnya grup “anti-Malaysia” itu, merupakan imbas dari isu pengklaiman budaya Indonesia oleh Malaysia. Dengan itu, tidak mustahil akan berakibat ketegangan antar masyarakat Indonesia dan Malaysia yang tak hanya di dunia semu, tapi akan meleber ke dunia nyata. Buah paling fatalnya adalah konflik yang berkepanjangan antara dua negara tersebut. Dengan begitu, kicauan di dunia maya jelas akan berakibat fatal di dunia nyata.
Namun, bukan hanya dampak dari dunia maya yang dijelaskan dalam buku ini, tapi lebih dari itu. Bagian yang menarik menurut saya pada buku ini adalah ketika penulis, Nur Janti datang ke sebuah warung kopi dan bertemu Tomi Purba, salah satu pendiri komunitas yang berkutat di internet, yaitu Komunitas Bloger Jogja (KBJ). Selain Tomi, Nur Janti juga bertemu dengan dua orang lain, Fajar Mulia dan Riant Kusuma yang juga anggota KBJ. Komunitas ini mulanya berawal dari para blogger yang saling mengunjungi blog lain. Atau biasa dikenal dengan blogwalking. Dari situlah mulai muncul untuk membentuk KBJ. Awalnya komunitas ini hanya berdiskusi atau berkutat di dunia maya, tanpa melakukan diskusi di dunia nyata atau yang disebut kopi darat. Namun seiring berkembangnya waktu, dan jumlah anggota komunitas semakin banyak. Akhirnya, KBJ melakukan diskusi atau kopi darat di dunia nyata. Walaupun sebenarnya jumlah orang yang hadir tak sebanyak jumlah anggota yang ikut andil ketika di dunia maya, melakukan kopi darat ini sangat bermanfaat. Andaikan tidak melakukan kopi darat, mungkin komunitas ini tidak akan tahu wajah bahkan sifat seseorang jika hanya berkutat di internet.
Kecepatan dan kemudahan berinternet, bisa dimanfaatkan orang untuk melakukan segala hal. Salah satu yang menarik adalah berbisnis atau jualan secara online. Jika biasanya berjualan harus di pasar dan transaksinya cenderung secara langsung. Kini sudah berbanding terbalik. Penjual tak perlu bersusah payah keliling kampung, kota, bahkan pasar hanya untuk berjualan. Mereka sekarang sudah bisa memanfaatkan internet sebagai media memasarkan barang dagangannya. Pembeli pun tak perlu repot datang ke toko. Hanya dengan memegang gadget dan menggunakan aplikasi jual beli yang sudah tersedia. Tinggal klik, kirim uang, dan barang pun sampai.
Sebegitu hebatkah dunia maya? Tentu tidak, dunia maya atau internet juga memiliki kelemahan. Salah satunya, dijelaskan secara gamblang oleh Muhammad Nur Farid dalam buku ini. Dalam tulisannya itu, dia menjelaskan bahwa dunia maya bisa membuat perubahan dan pergerakan massa. Farid juga menambahkan bahwa beberapa orang yang andil di dalam pergerakan yang hanya di dunia maya juga memiliki nama sendiri yaitu netizen yang terdiri dari golongan menengah.
Pengumpulan massa lewat dunia maya juga terbilang ampuh. Contohnya, ketika jokowi-jk melakukan penggalangan dana publik (crowdfunding).
Antusiasme partisipannya membludak. Jokowi via akun twitternya @jokowi_do2 mengatakan, lidahnya kelu mengetahui saldo sumbangan untuknya bahkan mencapai angka Rp. 108,23 Miliar. Rp. 89,23 Miliar merupakan sumbangan dari 53.078 orang dan 12 perusahaan.
Sisanya, Rp. 19 Miliar, datang dari partai politik. Dengan jumlah yang besar ini, penggalangan dana kampanye Jokowi-JK menjadi angka yang paling fantastis dalam sejarah pendanaan publik secara online di Indonesia. Kejadian ini sekaligus menjadi bukti kesaktian dunia maya.
Selain itu, dunia maya juga mampu membesarkan isu atau sebuah gerakan. Mengingat publik online memiliki sifat cerewet inilah yang menjadi satu alasan terkuat. Walaupun demikian, stigma publik online yang cerewet tak diimbangi dengan aksi nyata. Sebagai contoh, pada kasus koin Prita, meskipun solidaritas yang dilakukan terbilang luar biasa, ingar bingar #save Prita seolah-olah berhenti pada Rabu, 30 Desember 2009, tepat setelah koin Prita selesai dihitung. Prita akhirnya sanggup membayar denda tersebut, tetapi kasusnya tak terkawal hingga akhir. Meski berterima kasih pada tweeps dan facebokers, Prita tetap merasa sendirian. Ia mengaku tidak berani lagi menggunakan facebook dan twitter. Juga mengalami trauma akibat pernah ditahan sehingga enggan memprotes dan lebih menghindari konflik.
Kasus Prita ini hanyalah segelintir dari banyaknya kasus di Indonesia. Kasus koin Prita ini juga menjadi bukti nyata kalau dunia maya tak selamanya hebat.
Gerakan yang dimunculkan di dunia maya hanyalah gerakan yang sporadis, kurang mengakar. Isu cepat muncul dan juga cepat tenggalam dan tertutup isu lain.
Begitulah dunia maya, secanggih-canggihnya dia, pasti ada sisi jeleknya. Aksi, gerakan, dan wacana di dunia maya tak akan pernah berhasil jika tidak diwujudkan di dunia nyata. Begitu pula sebaliknya, aksi di dunia nyata tak akan pernah muncul jika tak di awali isu yang beredar di dunia maya.
Buku ini mengupas tuntas bagaimana kepiawaian dunia maya, sehingga mampu menarik massa dengan cepat tanpa harus berpeluh kesah. Namun, dibalik itu semua ada satu titik dimana dunia maya tak bisa berkutik tanpa dunia nyata. Hal yang demikian inilah menjadi fokus dalam buku ini. Penulis dengan beragam diksi yang disajikan membuat buku ini semakin menarik, ditambah lagi dengan pengalaman yang dirasakan setiap penulis membuat buku ini seolah tak hanya omong kosong belaka, tapi sebuah kejadian nyata dan dekat dengan pembaca. Setelah membaca buku ini, penulis mengajak pembaca berfikir, mana yang lebih baik, dunia maya atau nyata?.
Judul Buku : ONLINE! Geliat Manusia dalam Semesta Maya
Penulis : Nur Janti, dkk
Penerbit : Ekspresi Buku
Cetakan : Pertama, 2014
Kota Terbit : Yogyakarta
Tebal : 224 Halaman
ISBN : 978-602-70643-0-0
Resensor : Muhammad Arsyad