• Home
  • Berita
    • Kampusiana
    • Regional
  • Analisis
    • Esai
    • Opini
    • Review
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Prosa
  • Lensa
  • Komik
  • Majalah
  • Buletin
    • Suara Mahasiswa
    • Sastra GIE
    • Srinthil
  • Agenda
  • Media Partner
LPM Al-Mizan
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • Home
  • Berita
    • Kampusiana
    • Regional
  • Analisis
    • Esai
    • Opini
    • Review
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Prosa
  • Lensa
  • Komik
  • Majalah
  • Buletin
    • Suara Mahasiswa
    • Sastra GIE
    • Srinthil
  • Agenda
  • Media Partner
  • Home
  • Berita
    • Kampusiana
    • Regional
  • Analisis
    • Esai
    • Opini
    • Review
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Prosa
  • Lensa
  • Komik
  • Majalah
  • Buletin
    • Suara Mahasiswa
    • Sastra GIE
    • Srinthil
  • Agenda
  • Media Partner
No Result
View All Result
LPM Al-Mizan
  • Home
  • Berita
  • Analisis
  • Sastra
  • Lensa
  • Komik
  • Majalah
  • Buletin
  • Agenda
  • Media Partner

Kacamata Syawalan dan Lopis Raksasa

LPM Al-Mizan by LPM Al-Mizan
7 Juli 2017
in Agenda, Berita, Regional
0
Kacamata Syawalan dan Lopis Raksasa
Share on FacebookShare on TwitterShare on WA

“Yang terpenting diingat ialah tatkala kita mau kembali menggali dari tradisi yang lalu, kita harus bersedia untuk memilih tradisi yang dapat mengembangkan kemanusiaan kita masa kini, bukan pula dari tradisi budaya yang membelenggu dan mengkerdilkan kepribadian, pandangan dunia, dan sistem nilai.”
~Azhar Ibrahim~

Bagi masyarakat jawa, syawalan adalah tradisi yang tidak asing di telinga mereka. Syawal merupakan nama bulan ke-10 dalam kalender Hijriah. Sebagai bentuk pengungkapan rasa syukur dan kemenangan setelah berpuasa ramadhan satu bulan penuh serta puasa sunnah syawal, pada hari ke-7 syawal, masyarakat jawa melakukan tradisi syawalan. Tradisi ini sering dilakukan di berbagai daerah di jawa dengan cara masing-masing.

Di daerah Pekalongan, tradisi syawalan dilakukan dengan mengunjungi rumah tetangga sekitar dan menjamu tamu dengan lopis dan lotisan (lotekhan). Dilansir dari juournaliaingorontalo.ac.id, pembuatan lopis terinspirasi oleh pidato Bung Karno dalam rapat akbar di Lapangan Kebon Redjo tahun 1950. Bung Karno berpesan agar masyarakat Pekalongan dapat bersatu seperti lopis.
Menurut penuturan Iwan, warga Krapyak Kidul, bahan pembuatan lopis pada mulanya dikumpulkan secara kolektif. Setiap rumah memberikan segenggam beras ketan kemudian dikumpulkan menjadi satu dan dibuat lopis. Beberapa tahun setelahnya berupa dana swadaya pemuda Krapyak. Namun setelah Pemerintah Kota (baca: pemkot) Pekalongan menetapkan tradisi Syawalan sebagai salah satu wisata Kota Pekalongan, pemerintah memberikan bantuan berupa pendanaan agar tradisi syawalan terselenggara dengan sukses. Sejak saat itu lopis yang dibuat warga Krapyak Kidul berukuran lebih besar. Bahkan pada Desember tahun 2002, masyarakat Krapyak Kidul mendapatkan piagam penghargaan museum rekor indonesia atas prestasi pembuatan lopis terbesar.

Pembuatan lopis raksasa sebagai ikon syawalan Krapyak Pekalongan sebenarnya mempunyai filosofi yang dalam. Berdasarkan penuturan K.H. Zainudin Ismail-salah satu sesepuh masyarakat Krapyak Kidul-lopis yang terbuat dari beras ketan yang bersifat lengket, diidentikkan dengan kerukunan sesama warga. Bungkus lopis menggunakan daun pisang membutuhkan kesabaran dan melambangkan bahwa manusia harus bermanfaat untuk sesamanya, karena pohon pisang tidak akan mati sebelum ditebang pemiliknya setelah berbuah. Adapun bambu tegak lurus yang digunakan untuk menyangga lopis diartikan dengan hablum minallah, yaitu hubungan kepada Allah. Sedangkan pengikatan lopis dengan tambang adalah hablum minallah dan hablum minannas, yaitu hubungan dengan Allah dan hubungan sesama manusia.

Namun seiring berjalannya waktu, tradisi syawalan berubah menjadi tradisi menonton dan membandingkan lopis raksasa. “Sebesar apa sih lopis raksasa tahun ini?”, “Apakah lebih besar dari tahun lalu?”, “Apakah lopis daerah ini lebih kecil dari daerah lain?”, “Daerah mana ya yang lopisnya paling besar?”. Demikian sekiranya pertanyaan pengunjung dari luar Krapyak Kidul.

ArtikelTerkait

Program Mahasiswa Cendekia Segera Dibuka, Ma’had : Pahami Syarat dan Ketentuan

Laksanakan E-Voting, Bagus: Jajaran Rektorat Lebih Setuju Secara Online

Spanduk Bertuliskan ‘Masih Adakah Mahasiswa? #Rakyat’ Terpasang di IAIN Pekalongan

Warga yang datang pun tak sungkan untuk berfoto dengan lopis raksasa dan memamerkannya di media sosial dengan menambahkan caption yang bermacam-macam. Bahkan Iwan mengemukakan, hal yang lebih riskan yaitu adanya keyakinan atau mitos bahwa lopis raksasa ampuh untuk mengobati orang sakit.

Bergantinya “kaca mata” pengunjung mengenai tradisi syawalan Krapyak, lambat laun dapat melunturkan filosofi lopis raksasa yang sebenarnya. Tradisi syawalan yang sejatinya adalah tradisi religi-yang mengedepankan prinsip saling menghormati sesama warga, silaturahmi, dan menghormati tamu-akan berubah menjadi tradisi mencari sensasi. Jika diibaratkan lopis raksasa adalah merek kopi, maka syawalan merupakan kopi itu sendiri. Merek kopi tidak dapat terkenal jika kopinya tidak enak saat dinikmati. Kopi yang enak dinikmati adalah kopi yang aromanya saja sudah memabukkan, bukan? Begitu pula dengan tradisi syawalan. Syawalan akan tetap menjadi tradisi yang apik jika nilai religinya masih terjaga.

Lopis yang mampu mengalihkan animo masyarakat sebenarnya hanyalah ikon dari syawalan Krayak. Tanpa syawalan, lopis raksasa tidak akan pernah ada. Jika filosofi lopis raksasa sudah tidak dihiraukan dan syawalan hanyalah “menonton lopis raksasa”, bagaimana nilai tradisi dapat terjaga? Sebagai warga yang mencintai tanah air, apakah anda bersedia membersihkan debu di “kaca mata” anda?

Elif Hudayana

Tags: iain pekalonganiainpekalonganlopislopis raksasalpm almizanlpmalmizanmahasiswapekalonganpersmahasiswasoekarnosyawalSyawalan
LPM Al-Mizan

LPM Al-Mizan

Related Posts

Photo by: Faiza Nadilah

Bawaslu Gelar Sosialisasi, Ajak Masyarakat Berperan dalam Pengawasan Partisipatif

20 September 2023
Pict by: Sholikhul Rofiqi

Diklat Jurnalistik Dasar Calon Anggota Baru LPM Al-Mizan

19 September 2023
Pict by: Fahry Setiawan

Mahasiswa UIN Gusdur Keluhkan Sampah Seusai Acara Wisuda

4 September 2023
Pict by: Ahmad Djaiz

Semen Sebagai Resitasi Kelompok PBAK, Ahmad Djaiz : “Tidak Hanya Uang, Infak Bisa Berupa Apa Saja”

17 Agustus 2023
UIN Gusdur Gelar Kembali PBAK

UIN Gusdur Gelar Kembali PBAK

10 Agustus 2023
Pict by: Sholikhul

Porseni Jilid Dua Resmi Digelar

26 Juli 2023

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Tentang Kami
  • Pengurus
  • Kode Etik PPMI
  • Kontak Kami
  • Kirim Tulisan

LPM Al Mizan © 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Kampusiana
    • Regional
  • Analisis
    • Esai
    • Opini
    • Review
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Prosa
  • Lensa
  • Komik
  • Majalah
  • Buletin
    • Suara Mahasiswa
    • Sastra GIE
    • Srinthil
  • Agenda
  • Media Partner
  • Login
  • Sign Up

LPM Al Mizan © 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In